Rabu, 02 Mei 2012

Pergerakan Nasional Indonesia


Pergerakan Nasional Indonesia
                                          BAB I
                                    PENDAHULUAN
Kolonialisme dan imperialisme pada dasarnya merupakankan suatu sistem pemerasan
yang dilakukan suatu bangsa terhadap bangsa lain. Sedangkan kolonialisme yang terdapat
di Indonesia dan bertahan dalam waktu yang cukup lama, memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Kekuasaan dalam bidang politik oleh penguasa.
     Penindasan dan pemerasan yang sempurna tidak dapat dilaksanakan jika kekuasaan
     politik tidak dipegang kuat. Ini dila kukan oleh Belanda dengan cara pengawasan
     secara ketat dan cermat, untuk menjaga kemungkinan agar suatu kesempatan tidak
     dapat dikuasai oleh suatu bangsa.
b. Penaklukan ekonomi
     Sistem perekonomian dibentuk dalam suatu porsi tertentu, agar segala kepentingan
     penduduk terjajah sepenuhnya tergantung pada perusahaan yang dipegang atau
     dimiliki oleh penjajah.
c. Pemisahan Sosial
     Hubungan antara penjajah dengan penduduk asli sangat jarang terjadi, karena
     penduduk asli dianggap tidak memiliki kepintaran apapun. Hal ini berakibat bahwa di
     daerah-daerah terjadi pemisahan hubungan antara manusia.
         Sistem politik semacam ini mempunyai dampak yang sangat efektif, terbukti tidak
saja terjadi pertentangan antar suku bangsa melainkan juga terjadi pertentangan antar
lapisan masyarakat dalam suku bangsa.
         Dalam lapangan politik pemerintah Belanda memanfaatkan kelas-kelas feodal
(tuan-tuan tanah) sebagai tamengnya. Begitu pula golongan Cina digunakan sebagai
tameng khusus dalam bidang ekonomi.
         Keadaan semacam ini bagi pihak Belanda semakin mantap menancapkan
kolonialisme dan imperialisme, apalagi dalam budaya masyarakat Indonesia sudah
tertanam kuat sikap permusuhan di antara mereka sendiri pada saat itu.
         Suasana merdeka rakyat Indonesia sebelum 17 Agustus 1945 sebenarnya sudah
pernah dirasakan, dimana rakyat Indonesia terbebas dari pengaruh kekuasaan asing
manapun juga. Keadaan ini terjadi di masa kerajaan-kerajaan masih berkuasa di
Indonesia seperti kerajaan sriwijaya, Majapahit, padjajaran dsb, dimana zaman keemasan
kerajaan itu mempunyai kekuasaan yang luas hingga keseluruh Asia Tenggara.
         Istilah "NASIONAL" yang dipakai pada kerajaan-kerajaan kurang tepat bila
dibandingkan dengan isi pengertian nasional yang dimiliki bangsa Indonesia. Namun
yang jelas bahwa suasana merdaka yang terbebas dari pengaruh asing manapun pernah
dirasakan sebelum imperialisme Belanda dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
1
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

        Sejak imperialisme berkuasa di bumi Indonesia, bangsa Indonesia terus melakukan
perlawanan inti yang digerakkan oleh kaum bangsawan, rohoniawan, pedagang, serta
petani. Perlawanan ini membuktikan bahwa sistem pemerintahan yang bersifat
imperialisme tidak dapat diterima Indonesia.
        Ciri-ciri perlawanan bangsa Indonesia sejak dari abad 16 sampai dengan abad 19
tidak menyeluruh tetapi besifat lokal atau sporaodis. Perlawanan- perlawanan itu sangat
banyak dan terkadang pula terjadi dalam waktu bersamaan dengan tempat yang
berjauhan, sehingga perlawanan itu dapat dipatahkan oleh kaum kolonial.
        Dari sinilah dapat dikatakan kesadaran untuk mengkoordinasi perlawanan -
perlawanan terhadap kaum kolonial masih kurang, karena penerapan politik devide et
impera oleh Belanda.
        Sehingga konsep vassal atau negara bagian, kerajaan-kerajaan dan negara-negara
yang ada di Indonesia dengan status berdaulat tidak ada karena dimatikan oleh Penjajah,
tetapi banga Indonesia tetap ada sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan.
        Moehammad Yamin pernah mengemukakan suatu istilah "Bangsa Indonesia
ketika dijajah dinamakan bangsa budaya dan setelah merdeka dinamakan bangsa negara
oleh kareana itu telah mempunyai negara sebagai perumahanya.”
        Perlawanan yang terjadi sebelum abad ke-20 satu per satu dapat dipatahkan, ini
disebabkon oleh kerapian dari organisasi kolonial tau penjajah. Masalah ini sebenarnya
dilawan oleh rakyat Indonesia dengan sistem organisasi yang rapi, kekuatan yang tidak
dimiliki tidak sebanding dengan yang dimiliki oleh kaum penjajah, tetapi dalam setiap
pergerakannya selalu ada niat untuk mencapai Indonesia merdeka. Rasa kesadaran
berbangsa dan bernegara akan terlihat jelas sejak adanya Sumpah Pemuda tahun 1928
yang merupakan refleksi kesadaran nasional bangsa Indonesia.
        Usaha bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan itu secara umum dikenal
dengan Pergerakan Kebangsaan atau Pergerakan Nasional, yang didukung oleh dua
faktor:
1. Faktor Dalam Negeri (Intern)
       Seperti yang disebut di atas bahwa sistem pemerasan itu berjalan sangat lama di
Indonesia. Dalam hal ini karena penjajah memperoleh keuntungan besar dan mereka yang
diperas menderita kemiskinan, kelaparan, serta mengalami berbagai penyakit.
       Dalam keadaan seperti itu bangsa Indonesia mencari jalan keluar melalui
bermacam-macam bentuk perlawanan untuk mendapatkan kebebasan dalam hidupnya
dan tanpa adanya ikatan dari bangsa lain. sehingga secara jelas dapat dikatakan bahwa
penderitaan dan kesengsaraan merupakan faktor utama dari dalam negeri untuk
mengadakan pergerakan kebangsaan Indonesia demi terwujudnya kemerdekaan.
2. Faktor Luar Negeri (Ekstern)
        Faktor luar negeri yang banyak berperan dalam mempercepat proses pergerakan
politik di Indonesia, diantranya :
1. Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905.
    Hal ini merupakan suatu prestasi luar biasa. Sebagai negara merdeka di Asia, Jepang
    mempunyai kesempatan yang sama dengan negara-negara Barat daIam memajukan
    dirinya. Hal ini dibuktikan ketika pertarungan bersejata dengan Rusia, sehingga kesan
    Barat terhadap jepang semakin positif.
2
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

2. Pergerakan Kebangsaan India
   Untuk mengorganisir kaum pejuang pergerakan di India, dihimpun suatu wadah yang
   bernama Partai Kongres. Partai ini berdiri pada akhir abad ke-19 dan bentuk
   parjuangannya sangat menarik perhatian bangsa Indonesia Ketertarikan ini disamping
   sama-sama sebagai bangsa terjajah oleh bangsa Eropa, adaIah gerakan swadesi yang
   sangat besar pengaruhnya terhadap perjuangan rakyat Indonesia.
3. Pergerakan Nasional di Philipina
   Akhir abad ke-19 yaitu tahun 1898 bangsa Philipina mengadakan pemberontakan
   yang luar biasa hebatnya terhadap bangsa Spanyol yang menjajah Philipina, dibawah
   pimpinan Aquinaldo Mabini, yang berhasil membawa bangsa Philipina merdeka
   dengan sistem kenegaraan berbentuk Republik
4. Pergerakan Nasionalis Tiongkok (Cina)
   pada tahun 1911 Dr. Sun Yat Sen mendirikan Republik Tiongkok (Cina). Hal ini
   sangat berpengaruh terhadap orang-orang Cina di Indonesia, yaitu secara tidak
   langsung harus mengubah gaya hidupnya yang masih kolot. Hal ini merangsang
   pergerakan Indonesia untuk cepat membangun tanah airnya ke arah kemajuan dan
   kemerdekaan.
                                             BAB II
                POLITIK KOLONIAL MENJELANG AKHIR ABAD KE-19
        Menjelang akhir abad ke-19 masyarakat Indonesia merupakan masyarakat
kolonial yang serba terbelakang. Pejajahan serta Penindasan mengakibatkan kemunduran
segala bidang, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan.
        Dalam bidang politik misalnya dalam pemerintahan, samua jabatan-jabatan
penting berada di tangan bangsa asing, sedangkan bangsa Indonesia hanya menduduki
jabatan-jabatan rendah, selain itu pihak penjajah selalu mananamkan benih-benih
perpecahan dengan manjalankan politik "devide et impera".
        Dalam bidang ekonomi, keadaan bangsa Indonesia sangat menderita karena
penghasilan, yang sangat rendah diterime oleh rakyat Indonesia, dengan bekerja sebagai
buruh upah pada perkebunan-perkebunan milik swasta. Rakyat dipaksa untuk
maningkatkan produksi, sedangkan dalam lingkungan ekonomi tradisional, masyarakat
Indonesia hanya mengenal perusahaan rumah atau karajinan tangan sehingga tidak ada
ketrampilan yang berkembang.
        Dalam bidang pendidikan, pihak penjajah tidak memperhatikan kapentingan
Pendidikan bagi bangsa Indonesia, sehingga pada umumnya rakyat Indonesia tidak
pandai membaca dan menulis. Sedangkan kesempatan pendidikan hanya diberikan
kepada anak-anak kaum bangsawan, pegawai negeri, anak-anak orang-orang yang
berkedudukan atau berstatus sosial tinggi.
        Dalam bidang budaya, kaum penjajah berhasil memasukkan nilai-nilai budaya
asing, sehingga memgakibatkan merosotnya beberapa budaya Indonesia dan hampir
kehilangan kepribadiannya.
        Kesemuanya merupakan akibat langsung dari politik kolonial Belanda. Bumi
Indonesia merupakan objek eksploitasi untuk diambil keuntungan sebesar-besarnya bagi
penjajah, sistem tanam paksa berkembang sebagai suatu usaha berskala tinggi dengan
mengidentifikasikan pemerintah sebagai pengusaha dengan NEDERLANDSCHE-
3
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

HANDELS SCHAPPIJ sebagai agen tunggal dan pulau Jawa merupakan sebuah
perusahaan negara yang besar.
        Perkembangan salama abad 19 di berbagai bidang yang membawa akibat sangat
menyolok, yaitu dengan adanya urbanisasi. Dengan timbulnya perusahaan perkebunan,
pardagangan, pengangkutan hasil maka jumlah penduduk yang pindah ke kota dan
munculnya pusat-pusat perusahaan semakin banyak.
        Dengan adanya perusahaan-perusahaan Barat maka diperlukan adanya
administrasi menurut sistem Barat. Apabila dipandang dari sudut ini maka pemerintah
bersikap dualistis. Di satu pihak pemerintah Hindia Belanda memerlukan pegawai-
pegawai pribumi yang terampil dan berpendidikan yang disesuaikan dengan sistem
pemerintahan yang modern, di samping itu pemerintah Hindia Belandapun menambah
jumlah pegawai pamong Praja Belanda dalam rangka intensifikasi administrasi. Sistem
dualistis ini dipakai untuk mempertahankan politik eksploitasi.
         Menjelang pergantian abad ke-19 samakin gencar diloncarkan kritik- kritik
terhadap pemerintah Belanda terutama yang menyangkut nasib rakyat Indonesia. Hal ini
disebabkan karena di kalangan masyarakat luas kemudian timbul kesadaran akan sikap
humanitarisme dalam hubungan kolonial yaitu memperhatikan nasib rakyat pribumi.
        Program dari berbagai golongan politik semuanya dan secara serentak
menitikberatkan tanggung jawab moril dalam melaksanakan politik kolonial. Kesadaran
akan tujuan kolonial ini diperkuat oleh masalah-masalah yang timbul pada dasa warsa
terakhir abad ke-19, yaitu masalah keuangan bersama antara Indonesia dan negeri
Belanda masalah kemiskinan rakyat yang berlawanan dengan kemajuan industri
parkebunan.
        Politik baru yang kemudian diperjuangkan terutama bertujuan untuk mengadakan
desentralisasi rakyat yang kemudian politik ini dikenal dengan nama politik etis.
                                            BAB III
             BANGKITNYA PERGERAKAN NASIONALISME INDONESIA
       Politik etis yang dijalankan oleh Belanda telah memungkinkan masuknya ide-ide
Barat ke-Indonesia yang membawa pembaharuan-pembaharuan di dalam agama Islam.
Disamping itu faktor luar negari antara lain memasukkan gagasan nasionalisme
modernisasi di beberapa negara Asia seperti Turki, Cina dan Indonesia serta restorasi
Meiji di Jepang dan kemenangan negara itu atau Rusia pada tahun-tahun pertama abad
ke-20, suatu kemenangan yang dianggap sebagai kemenangan orang Asia (kulit
berwarna) terhadap orang Erapa (kulit putih).
       Karena pengaruh gagasan-gagasan modern, anggota elite nasional menyadari
bahwa perjuangan untuk memajukan bangsa Indonesia harus dilakukan dengan
menggunakan organisasi modern. Baik pendidikan, perjuangan politik, maupun
perjuangan sosial budaya dilakukan secara organisasi.
       Berdasarkan pandangan yang demikian, beberapa pemimpin dalam masyarakat
mulai menggerakkan pemuda-pemuda, khususnya kaum terpelajar untuk
mengorganisasikan diri baik di bidang politik, ekonomi maupun sosial budaya. Pada
tahun 1906-1907 dr. Wahidin Soedirohoesoedo, mengadakan suatu kampanye ke
beberapa daerah dipulau Jawa. la menggugah pikiran kaum priyayi untuk mencari jalan
4
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

bagi usaha meningkatkan derajat orang Indonsia yang nampaknya hanya dapat dilakukan
dengan memperluas pengajaran.
        Bertemunya dr. Wahidin Soedirohoesodo dengan pemuda Stovania, Jakarta pada
akhir tahun 1907, ternyata keduanya mempunyai gagasan yang sama. Pertemuan tiu
makin mendorong hasrat untuk melaksanakan cita-cita tersebut yang sesungguhnya sudah
mulai bersemi dalam pikiran pelajar stovania.
        Pada tanggal 20 Mei 190 di gedung perguruan-Stovia, dibentuklah organisasi
modern perama dikalangan bangsa Indonesia yang diberi nama BOEDI OETOMO
dengan ketuanya SOETOMO.
        Sejak berdirinya sampai pada kongresnya yang pertama dalam bulan Oktober
1908, BOEDI OETOMO merupakan organisasi pelajar dengan Stovania sebagai intinya
Tujuannya dirumuskan secara Samar-samar yaitu "KEMAJUAN HINDIA" dan
jangkauan geraknya sangat terbebas pada Jawa dan Madura. Cabang Boedi Oetomo
berdiri di Jakarta, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya dan Probolinggo.
        Untuk mengkonsolidaesikan diri, Boedi Oetomo mengadakan kongres partama di
Yogyakarta pada bulan Oktober 1908 Setelah melalui Perdebatan yang panjang diambil
keputusan sebagai berikut :
a. Boedi Oetomo tidak ikut mengadakan kegiatan politik
b. Kegiatan terutama ditujukan kepada bidang pandidikan dan budaya.
c. Ruang gerak terbatas hanya pada daerah Jawa dan Madura.
        Kongres juga memutuskan susunan pengurus yang besar, R.T. Tirtokusumo
bupati Karanganyar ditunjuk sebagai ketua dan pusat organisasi di Yogyakarta. Karena
tidak melibatkan diri dalam bidang politik dan dipandang tidak berbahaya maka sebagai
organisasi Boedi Oetomo disyahkan oleh pemerintah kolonial sebagai badan hukum.
Dengan demikian diharapkan bahwa organisasi itu akan melancarkan aktivitasnya secara
luas.
        Harapan itu tidak terkabul karena gerak organisasi kemudin ternyata menjadi
lamban karena beberapa hal:
a. Adanya kesulitan keuangan
b. Para Bupati mendirikan organisesi sendiri
c. Keluarnya anggota-anggota dari golongan pelajar mahasiswa
d. Boedi Oetomo cenderung memajukan pendidikan golongan priyayi daripada
    penduduk pribumi pada umumnya.
e. R.T.Tirtokusumo sebagai ketua Boedi Oetomo juga sebagai seorang Bupati
    lebih banyak memperhatikan reaksi dari pemerintah kolonial daripada
    mamperhatikan reaksi rakyat Indonesia.
 f. Bahasa Belanda mempunyai prioritas pertama dari pada bahasa Indonesia.
 g. Menonjolnya pengaruh priyayi yang lebih mengutamakan jabatannya sehingga
    golongan pelajar yang lebih nasionalis terdesak ke belakang.
        Meskipun demikian sampai akhir 1909. Boedi Oetomo telah mempunyai cabang
di 40 tempat dengan jumlah onggota lebih kurang 10.000 orang. Suatu jumlah yang pada
waktu itu dianggap sudah cukup besar. Sedangkan usaha untuk memajukan pada tahun-
tahun berikutnya "tidak begitu mencapai sukses. Pengaruhnya menurun namun Boedo
Oetomo tatap melaksanakan kegiatannya di bidang sosial.
5
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

       Munculnya Syarekat Islam yang didirikan pada tahun 1911 di solo oleh H.
samanhudi. Dimaksudkan mambela kepentingan pedagang-pedagang Indonesia untuk
dari ancaman pedagang Cina. Akan tetapi kenyataannya Syarikat Islam lebih luas dari
maksud semula dan seolah-olah merupakan suatu isyarat bagi orang-orang muslim untuk
memulai suatu gerakan untuk melawan semua kepincangan dan ketidakadilan yang
menimpa rakyat Indonesia baik yang datang dari saudagar-saudagar Cina maupun
pemerintah kolonialis bahkan dari bangsa sendiri yang berkhianat.
       Organisasi ini digerakkan oleh orang-orang dari yang tidak menjadi pegawai
pemerintah kolonial, Bahkan ditegaskan bahwa pegawai negari tidak boleh menjadi
anggota pengurus Diantara yang menjadi anggota adalah alim ulama dan kyai-kyai, yang
membela kepentingan rakyat kecil yang dirasakan dalam kehdupan sehari- hari.
       Kongres syarikat Islam pertama kali diadakan pada bulan Januari 1913 di
Surabaya H.Oemar Said Tjokroaminoto terpilih sebagai ketua syarekat Islam dan
Surabaya ditetapkan sebagai pusat kedudukan syarekat Islam.
       Tujuan Syarekat Islam dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.Mengembangkan jiwa dagang
b. Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha.
e.Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat derajat rakyat.
d. Memperbaiki pendapat- pendapat keliru tentang agama Islam.
e.Hidup menurut parintah agama
        Dari kegiatan organisasi ini dapat dilihat bahwa syarekat Islam memperjuangkan
hal- hat yang sesungguhnya terlatak di bidang politik juga, yaitu perjuangan terhadap
penindasan dan pemerasan oleh pemerintah kolonial dari segi kaadilan dan kebenaran.
Seluruh media massa Indonesia telah membantu menyabarluaskan cita cita syarekat Islam
dan sudah tentu dengan segala aksi aksinya .
        Laju perkembangan Syarekat Islam tidak dapat dibendung lagi dan pertumbuhan
organisasi ini berhasil masuk sampai kelapisan bawah masyarakat, ini disebabkan karena
beberapa hal:
1. Mambela kepentingan rakyat kecil.
2. Menekankan pertentangan ekonomi yang tidak seimbang.
3. Bertalian dengan agama islam, agama yang dianut sebagian besar rakyat Indonesia
        Pada tahun 1913- 1914 terjadi banyak kerusuhan kerusuhan anti Cina di Jawa
seperti di Surabaya, Solo, Semarang, Cirebon, Tangerang, Bekasi dan banyak desa-desa
yang diresahkan oleh keterangan-keterangan komunal.
        Disamping itu juga timbul keributan-keributan yang ditimbulkan oleh legitasi
yang dipimpin oleh syarekat Islam yang arahnya menentang pemerintah kolonial.
        Maka pada tahun 1913 Pemerintah kolonial mengeluarkan peraturan yang
menetapkan bahwa cabang-cabang syarekat Islam harus berdiri sendiri untuk daerah
masing-masing. Namun suatu pengurus sentral yang merupakan badan perwakilan dari
syarekat Islam itu tetap diizinkan.
        Pada tahun 1912 muncul Indiche Partij, pencetusnya adalah E.F.E. Douwes
Dekker yang kemudian barganti nama menjadi Danudirja Setyabudi ia seorang Indo-
Balanda. Organisasi ini mempunyai cita-cita menyatukan semua golongon yang ada di
Indonesia baik pribumi, Cina, Indo, Arab dan yang lainnya. Meraka dipadukan dalam
kesatuan bangsa dengan menumbuhkan semangat nasionalisme Indonesia. Douwes
6
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

Dekker bertemu dan berbicara dengan Dr.Cipto Mangunkusumo, Suwardi Suryaninggrat
(yang dikenal dengan Ki Hajar Dewantara) dan Abdul Muis. Semuanya menyokong
gagasan tersebut.
        Setelah Indische Partij didirikan pada tahun 1912, cita-citanya lebih
disebarluaskan kemana-mana melalui surat kabar, terutama de-Express. Ditegaskan
bahwa nasib dan masa dapan mereka yang ada di Indonesia terletak di tangan mereka
sendiri, karena itu kolonialisme harus dihapuskan.
        Dalam musyawarah wakil-wakil daerah Indische Partij di Bandung pada bulan
Desembar 1912, tersusunlah anggaran dasar dan program kerja telah tergambar sifat
nasionalis yang radikal yang bertujuan:
1. Untuk membangun patriotisme Indiers terhadap tanah air, menumbuhkan dan
    meningkatkan jiwa integrasi antar semua golongon untuk memajukan tanah air
    dengan dilandasi jiwa nosional, maupun mempersiapkan diri bagi kemajuan rakyat
    yang merdeka.
        Untuk mensukseskan cita-cita Indische partij, dalam program kerja telah
ditetapkan diambil langkah-langkah sebagai berikut :
1. Meresapnya cita-cita kesatuan nasional Hindia (Indonesia).
2. Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan baik di bidangpemerintahan
    maupun masyarakat.
3. Memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antar agama yang satu
    dengan yang lain.
4. Memperbesar pengaruh pro-Hindia dalam pemerintahan.
5. Berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Hindia
6. Dalam hal pengajaran, kagunaannya harus ditujukan untuk kepentingan ekonomi
    Hindia.
7. Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Hindia, terutama dengan mamperkuat
    mereka yang ekonominya lemah.
        Pasal- pasal ini pulalah yang membuktikan bahwa Indische Partij adalah partai
politik pertama di Indonesia dalam waktu singkat telah mempunyai 30 cabang dengan
anggota lebih kurang 7000 orang kebanyakan orang Indonesia.
        Akibatnya, permohonan yang diajukan kepada Pemerintah untuk mendapat
pengakuan sebagai badan hukum pada bulan Maret 1913 ditolak dengan alasan organisasi
ini bersifat politik dan mengancam hendak merusak keamanan umum.
        Kemudian tiga orang tokoh utama Indische partij karena kegiatannya Mereka itu
adalah Douwas Dekker, Suwardi Suryaningrat Dr.Cipto Mangun Kusumo selama dalam
pengasingan mereka tetap berusaha untuk menamkan jiwa nasionalisme dan
menggerakkan orang Indonesia di Negeri Belanda supaya menuntut Indonesia merdeka.
7
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

             BAB IV
PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAl
Masa Radikal
       Pengaruh perang Dunia I yang meletus pada tahun 1914 terasa sampai di
Indonesia. Boedi Oetomo mengetengahkan pentingnya pertahanan sendiri untuk
menghadapi kemungkin bahaya intervensi uang asing. Kemudian Boedi Oetomo
mengeluarkan :
1. Gagasan wajib militer bagi penduduk Indonesia.
2. Wajib militer tersebut harus diputuskan dalam parlemen yang berhak membuat
   Undang- undang.
3. Dibentuknya parlemen di Indonesia yang sampai saat ini belum ada.
        Gagasan di atas kemudian melahirkan suatu panitia yang bernama "INDIE
WEERBAAR" (Hindia yang berketahanan). Utusan Indie weerbaar antara lain
Dwidjosewojo dan Abdul Muis, mereka dikirim ke Negeri Belanda, tapi mengalami
kegagalan dalam usahanya mendesak pemerintah Belanda untuk melaksanakan Undang-
undang wajib militer di Indonesia. Akan tetapi mereka berhasil memperoleh kesediaan
pamerintah untuk membahas soal perwakilan rakyat.
      Pada bulan Desember tahun 1916 undang-undang pembentukan volktsraad (Dewan
rakyat) disahkan oleh parlemen Bulan Mei 1918, dewan ini dibuka dengan resmi, dengan
jumlah anggota yang berimbang antara wakil-wakil Belanda dan Indonesia. Sebagian dari
anggota itu ditunjuk oleh pemerintah tetapi bukan dari partai.
        Pada tahun 1917 Boedi Oetomo menetapkan sebuah program politik yang bercita-
cita membentuk pemerintahan parlementer yang berazaskan kebangsaan. Disamping itu
juga menghendaki adanya persamaan hak untuk semua agama. Meskipun pada Perubahan
pandangan. Namun Boedi oetomo tetap tidak menyetujui aksi-aksi yang bersifat
kekerasan. Tindakan-tindakan itu memperlihatkan bahwa Boedi Oetomo sudah mulai
bergerek dibidang politik.
        Pada tahun 1915 di surabaya didirkan Central syareket Islam (CSI). Tugasnya
membantu syarekat Islam daerah kearah kemajuan dan mengatur kerjasama antar
Syarekat Islam daerah.
        Pada bulan Juni 1916 di Bandung diadakan suatu kongres nasional Syarekat
Islam. Dalam kongres ini secara resmi dipergunakan bahasa Melayu. Sedangkan pada
kongres II di Jakarta, menghendaki dirubah volksraad menjadi parlemen sejati.
        Sebagian kecil pimpinan syarekat Islam menolak ikut serta dalam volksraad
karena menganggap volksraad hanyalah sebagai alat kaum kapitalis untuk mengelabui
rakyat.
        Kaum sosilis kiri yang bergabung dalam INDISCHE SOCIAL VEREENIGING
(ISDV) didirikan tahun 1914, yang dipimpin oleh H.J.F.M. Sneevliet, berhasil menyusup
kesyarekat Islam oleh karena tujuanya bersamaan yaitu membela rakyat kecil dan
menentang kapitalisme tetapi dengan cara berbeda, mereka berhasil mampengaruhi
tokoh-tokoh Syarekat Islam antara lain Semaun, Darsono, Tan Malaka dan Alimin
Prawirodirjo. Yang menyebabkan lSDV melalukan infiltrasi ke dalam tubuh Syarekat
Islam. Hal ini disebabkan :
1. CSI sebagai badan koordinasi pusat kekuasaannya masih sangat lemah.
8
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

2. Tiap tiap cabang syarekat Islam berdiri sendiri secara bebas.
3. Para pemimpin lokal yang kuat mempunyai pengaruh yang menentukan di Syarekat
    Islam cabang
4. Kondisi kepartaian waktu itu memungkinkan orang untuk menjadi anggota sekaligus
    2 partai.
        Dengan cara demikian beberapa pemimpin muda Syarekat Islam juga menjadi
pemimpin di ISDV, terutama Syarikat Islam Cabang Semarang. Oleh sebab itu orientasi
syarekat Islam Semarang di bawah pengaruh ISDV mereka menjadi lawan CSI yang
dipimpin oleh HOS Cokroaminoto. Sejak itu syarekat Islam Semarang berhasil dibawa
kearah komunis Rusia.
        Barhasilnya revolusi Rusia tahun 1917, maka kaum komunis lndonesia tanpa
mempertimbangkan keadaan yang nyata di Indonesia juga menyerukan Indonesia agar
membuat revolusi. Sementara itu, ketidakpuasan terhadap volksrood yang dituntut agar
diganti dengan parlemen sejati menimbulkan masalah-serius di Indonesia. Untuk
meredakan ketegangan, pemerintah Belanda melalui Gubernur Jenderal Belanda
mengeluarkan suatu pengumuman bulan November 1918, yang berisi janji untuk
memperbaharui ketatanegaraan di Indonesia. Maka pada bulan November 1919
dibentuklah komisi Peninjauan kembali.
        Hasil komisi ini tidak memuaskan pergerakan Nasional Indonesia. Ketika
keadaan sudah reda, pemerintah mengambil tindakan keras. orang-orang Belanda yang
radikal diusir dari Indonesia dan beberapa pemimpin Indonesia ditangkap.
A. PERGERAKAN NON-KOOPERASI
       Proses radikalisasi yang terjadi di Indonesia antarlain disebabkan oleh :
1. Timbulnya krisis ekonomi tahun 1921 dan krisis perushaan gula tahun 1918.
2. Penggantian kepala pemerintahan dengan Gubernur Jendral Foek yang bersikap
    reaksioner,kebijaksaan politiknya sangat mengabaikan rakyat yang sedang
    berkembang.
       Sikap radikal ini ditandai dengan taktik non-kooperasi dari pihak partai politi.
Artinya dalam memperjuangkan cita-citanya mereka tidak mau bekerjasama dengan
pemerintah Belanda. Semua hal untuk mempecepat cita-cita yang diusahakan sendiri,
antara lain memperkokoh persatuan nasional memajukan pendidikan, meningkatkan
kegiatan kegiatan sosial untuk mensejahterakan rakyat. Mereka juga tidak mau memasuki
dewan perwakilan rakyat yang dibentuk pemerintah kolonial baik daerah maupun pusat .
       Sikap ini di dukung oleh partai-partai politik yang sangat berpengaruh seperti:
A. Indisehe Vereniging
        Didirikan oleh orang-orang Indonesia yang tinggal di Negeri Belanda antara lain
Sutan Kasayangan, R. M. Noto Sutoto. Pada awalnya hanya bersifat organisasi sosioal
yang bertujuan mengurus kepentingan bersama orang-orang perantauan Indonesia. Tapi
sejak tibanya tiga serangkai ke Negeri Belanda, membangkitkan semangat nasionalisme
menjadi nyata. Mereka mengganti nama menjadi PERHIMPUNAN INDONESIA (PI)
pada tahun 1925 dan majalah mereka Hindia Putra menjadi INDONESIA MERDEKA
tahun 1923.
9
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

       Aktifnya Ahmad Soebarjo dan Moh.Hatta yang masing masing pernah mengetuai
PI, maka kegiatan politik mereka mendapat perhatian Internasional. Dalam kongres Liga
Demokrasi Internasional untuk perdamaian pada bulan Agustus 1926 di Paris, Moh.Hatta
dengan tegas menuntut kemerdekaan Indonesia Pada kongres liga berikutnya bulan
Pebruari 1927 di Berlin diambil keputusan untuk mendukung kemerdekaan Indonesia
dengan segala upaya. Aktifitas PI di Eropa yang semakin kuat, maka pemerintah Belanda
membuat tuduhan-tuduhan dan melakukan penggeledahan terhadap pemimpin PI Di
tanah air sendiri mulai tumbuh organisasi yang diilhami oleh perjuangan PI seperti
Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) tahun 1926, Partai Nasional Indonesia
(PNI) tahun 1927 dan Yong Indonesia (Pemuda Indonesia) tahun 1928.
B. Kongres Syarekat Islam Maret 1921 di Yogyakarta, Haji Facruddin sebagai wakil
ketua Muhammadyah mengedarkan brosur yang menyatakan bahwa Pan-Muslim tidak
mungkin bekerjasama dengan komunis.
         Akhirnya atas desakan-desakan keras dari tokoh-tokoh Syarekat Islam seperti
Abdul Muis dan Agus Salim maka cabang-cabang Syarekat Islam yang terpengaruh PKI
memisahkan diri. Dalam kongres bulan Pebruari 1928 di Madiun, diganti nama CSI
menjadi Partai Syarekat Islam (PSI). Sikap Non-Kooperasi dengan pemerintah Belanda
tetap dijalankan.
C. Berdirinya Partai komunis Indonesia (PKI) bulan Mei 1920, yang merupakan jelmaan
ISDV, tidak membawa perubahan dalam politik.
       Syarekat Islam Merah dibawah pengaruh PKI berganti nama menjadi Syarekat
Rakyat. Hadirnya PKI dikancah politik Indonesia merbawa dampak besar, PKI tidak
segan-segan menggunakan segala macam cara untuk mencapai tujuannya. Pada tahun
1927-1927, PKI mengadakan pemberontakan Jakarta disusul dengan Jawa Barat, Jawa
Tengah dan di Jawa Timur. Pemberontakan gagal karena merasa belum siap.
Segalanya itu dapat dicapai dengan :
1. Usaha politik,
   memperkuat rasa kebangsaan (nasianolisme )
2. Usaha ekonomi,
   memajukan perdagangan pribumi, kerajinan, bank dsb
3. Usaha Sosial,
   mengadakan pengajaran, meningkatkan derajat kaum wanita, transmigrasi dsb
       Nasionalisme melalui persatuan rakyat ditekankan oleh PNI sangat berpengaruh,
di cabang-cabang PNI tumbuh dengan pesat. Issu bahwa PNI akan mengadakan
pemberontakan pada tahun 1030 menyebabkan Ir.Soekarno cs ditangkap di Yogyakarta
dan dibawa ke Bandung.
       Penangkapan ini mendapat reaksi keras diseluruh cabang PNI Pengadilan
terhadap Ir.Soekarno, R.Gatot Mangkupraja, Maskun Sumadiredja merupakan sejarah
besar bagi PNI dan keempat pemimpin PNI itu dijatuhi hukuman penjara. Atas inisiatif
Mr.Sartono, PNI dibubarkan pada tanggal 25 April 1931.
10
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

B. PERGERAKAN KOOPERASI
        Setelah PNI dibubarkan maka berdirilah partindo (Partai Rakyat Indonesia) yang
diketuai oleh Mr.Sartono. Tujuannya tetap yaitu mencapai Indonesia Merdeka. Anggota-
anggota yang tidak setuju dengan Partindo, mereka mendirikan partai baru yaitu
PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA (PNI-BARU) di bawah pimpinan Moh.Hatta.
Kegiatan kedua partai ini membuat pemerintah Belanda kuatir dan akhirnya membuang
pemimpin-pemimpin PNI-BARU dan PARTINDO.
            Dibentuknya Partai baru yaitu Partai Indonesia Raya (FARINRA), yang
merupakan hasil gabungan antara Boedi Oetomo dan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI)
pada tgl 26 Desember 1935 di Solo yang diketuai oleh Dr.Soetomo dengan Surabaya
sebagai pusatnya.
        Terhadap kolonial Belanda Parinra bersifat netral, oleh karena itu Parinra
mempunyai wakil di Volksraad dan mengambil sikap sesuai dengan situasi sidang.
Parinra berusaha memajukan kaum tani dengan mendirikan rukun tani membentuk
syarekat-syarekat kerja serta mendirikan BANK NASIONAL INOONESIA .
C. PERJUANGAN DI VOLKSRAAD
        Dengan ditangkapnya pemimpin-pemimpin PNI dan dibentuknya Vaderlandse
Club, maka dibentuk reaksi baru yang didirikan di Jakarta pada tahun 1930 yang
beranggotakan 10 orang yang mewakili Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Tujuanya tetap
yaitu untuk mencapai Indenesia merdeka, nasional dalam waktu sesingkat-singkatnya
dengan jalan:
- Mengusahakan perubahan ketatanegaraan
- Berusaha menghapuskan perbedaan-perbedaan politik, ekonomi, intelektual sebagai
    antithesa kolonial.
- Mengusahakan kedua hal tersebut dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan
    hukum.
        Usaha ini diwujudkan dengan keluarnya PETISI SOEDTARJO pada bulan Juli di
sidang Volksraad yang berisi:
- Volksraad dijadikan parlemen sesungguhnya
- Dibentuknya Dewan Kerajaan (Rijksraad) sebagai badan tertinggi antara Negeri
    Belanda dengan Indonesia.
- Penduduk Indonesia adalah orang-orang yang karena kelahiran, asal-usul dan cita-
    citanya memihak Indonesia.
       Dua tahun setelah diajukan, petisi itu ditolak dengan alasan Indonesia belum
sanggup. Kecewa dengan keputuan itu terbentuk GABUNGAN POLITIK INDONESIA
(GAPI). Dengan semboyan Indonesia berpalemen, yang menuntut adanya dewan
perwakilan rakyat yang berdasarkan kepada sendi-sendi Demokrasi.
       Mendukung tuntutan ini GAPI menetapkan Merah Putih sebagai bendera
Indonesia dan Indonesia Raya menjadi Lagu Kebangsaan, Usaha-usaha ini mendapat
tantangan keras dari pemerintah kolonial.
       Sampai pada akhirnya Jepang yang bekerjasama dengan NAZI- Jerman
memenangkan perang sehingga memaksa Belanda keluar dari Indonesia. Indonesia
masuk ketangan Jepang yang berjanji mengadakan perbaikan, dengan semboya
11
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

"PEMBEBASAN BANGSA-BANGASA ASIA DARI PENJAJAHAN BANGSA
BARAT" denqan demikian berakhirlah masa penjajahan Belanda di Indonesia.
                                          BAB VI
                                      KESIMPULAN
         Dengan pengalaman sejarah yang dipaparkan pada makalah singkat ini, jelaslah
bahwa kolonialisme dan imprealisme merusak seluruh sendi-sendi masyarakat yang
dijajah. Penjajahan tidak sesuai dengan Pri kemanusiaan.
         Perlawanan bangsa Indonesia dari sejak dahulu memberikan kita pelajaran yang
sangat berharga bahwa persatuan dan kesatuan sangat panting bagi keutuhan suatu
bangsa. kita akan mudah dihancurkan apabila kita terpecah belah. Pergerakan nasional
yang membangkitkat, semangat nasionalisme memegang peranan penting bagi
tercapainya kemerdekaan Indonesia.
         Dalam perjalanan sejarah kita juga dapat menyadari bahwa tantangan bukan saja
datang dari luar negri tapi juga dari dalam negeri seperti masuknya paham komunis yang
dapat merusak niai-nilai luhur bangsa Indonesia, hal itu patut diwaspadai seluruh rakyat
Indonesia.
         Perjuangan bangsa Indonesia belum selesai, pada saat ini kita harus berjuang
mengisi kemerdekaan itu untuk mencapai cita-cita nasional Masyarakat Adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
DAFTAR BACAAN
HALL, D.G .E., SEJARAH ASIA TENGGARA, Kuala Lumpur
Percetakan Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1979.
Kahin, George Mc.Turman, Nationalism and Revolution indonesia, Ithaca: Cornell
University Press, 1952.
LEGGE, J.D., Indonesia, Kuala Lumpur: Percetakan Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1981.
Pringgodigdo,A.K., Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta: Pustaka Rakyat,
1960.
Gartono Kartodirdjo, Sejarah Nasional Indonesia Jilid V Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1970.
-------------, Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI, Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1975.
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru:
Nasional Jilid 2, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992.
Sejarah Pergerakan
12
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar