Sabtu, 28 April 2012

sejarah israel

SEJARAH YAHUDI
Seperti telah ditunjukkan di awal, semua tanah Palestina, khususnya Yerusalem, adalah suci untuk orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Muslim. Alasannya adalah karena sebagian besar nabi-nabi Allah yang diutus untuk memperingatkan manusia menghabiskan sebagian atau seluruh kehidupannya di tanah ini.
Menurut studi sejarah yang didasarkan atas penggalian arkeologi dan lembaran-lembaran kitab suci, Nabi Ibrahim, putranya, dan sejumlah kecil manusia yang mengikutinya pertama kali pindah ke Palestina, yang dikenal kemudian sebagai Kanaan, pada abad kesembilan belas sebelum Masehi. Tafsir Al-Qur'an menunjukkan bahwa Ibrahim (Abraham) AS, diperkirakan tinggal di daerah Palestina yang dikenal saat ini sebagai Al-Khalil (Hebron), tinggal di sana bersama Nabi Luth (Lot). Al-Qur'an menyebutkan perpindahan ini sebagai berikut:
Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim", mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. (Qur'an, 21:69-71)
Daerah ini, yang digambarkan sebagai “tanah yang telah Kami berkati,” diterangkan dalam berbagai keterangan Al-Qur'an yang mengacu kepada tanah Palestina.
Sebelum Ibrahim AS, bangsa Kanaan (Palestina) tadinya adalah penyembah berhala. Ibrahim meyakinkan mereka untuk meninggalkan kekafirannya dan mengakui satu Tuhan. Menurut sumber-sumber sejarah, beliau mendirikan rumah untuk istrinya Hajar dan putranya Isma’il (Ishmael) di Mekah dan sekitarnya, sementara istrinya yang lain Sarah, dan putra keduanya Ishaq (Isaac) tetap di Kanaan. Seperti itu pulalah, Al-Qur'an menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim mendirikan rumah untuk beberapa putranya di sekitar Baitul Haram, yang menurut penjelasan Al-Qur'an bertempat di lembah Mekah.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (Qur'an, 14:37)
Akan tetapi, putra Ishaq Ya’kub (Jacob) pindah ke Mesir selama putranya Yusuf (Joseph) diberi tugas kenegaraan. (Putra-putra Ya’kub juga dikenang sebagai “Bani Israil.”) Setelah dibebaskannya Yusuf dari penjara dan penunjukan dirinya sebagai kepala bendahara Mesir, Bani Israel hidup dengan damai dan aman di Mesir.
Suatu kali, keadaan mereka berubah setelah berlalunya waktu, dan Firaun memperlakukan mereka dengan kekejaman yang dahsyat. Allah menjadikan Musa (Moses) nabi-Nya selama masa itu, dan memerintahkannya untuk membawa mereka keluar dari Mesir. Ia pergi ke Firaun, memintanya untuk meninggalkan keyakinan kafirnya dan menyerahkan diri kepada Allah, dan membebaskan Bani Israil yang disebut juga orang-orang Israel. Namun Firaun seorang tiran yang kejam dan bengis. Ia memperbudak Bani Israil, mempekerjakan mereka hingga hampir mati, dan kemudian memerintahkan dibunuhnya anak-anak lelaki. Meneruskan kekejamannya, ia memberi tanggapan penuh kebencian kepada Musa. Untuk mencegah pengikut-pengikutnya, yang sebenarnya adalah tukang-tukang sihirnya dari mempercayai Musa, ia mengancam memenggal tangan dan kakinya secara bersilangan.

Menyusul wafatnya Nabi Yusuf (Joseph), Bani Israel mengalami kekejaman tak terperikan di tangan Firaun.
Meskipun Firaun menolak permintaannya, Musa AS dan kaumnya meninggalkan Mesir, dengan pertolongan mukjizat Allah, sekitar tahun 1250 SM. Mereka tinggal di Semenanjung Sinai dan timur Kanaan. Dalam Al-Qur'an, Musa memerintahkan Bani Israil untuk memasuki Kanaan:
Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. (Qur'an, 5:21)
Setelah Musa AS, bangsa Israel tetap berdiam di Kanaan (Palestina). Menurut ahli sejarah, Daud (David) menjadi raja Israel dan membangun sebuah kerajaan berpengaruh. Selama pemerintahan putranya Sulaiman (Solomon), batas-batas Israel diperluas dari Sungai Nil di selatan hingga sungai Eufrat di negara Siria sekarang di utara. Ini adalah sebuah masa gemilang bagi kerajaan Israel dalam banyak bidang, terutama arsitektur. Di Yerusalem, Sulaiman membangun sebuah istana dan biara yang luar biasa. Setelah wafatnya, Allah mengutus banyak lagi nabi kepada Bani Israil meskipun dalam banyak hal mereka tidak mendengarkan mereka dan mengkhianati Allah.
Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu'min dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Qur'an, 48:26)
Karena kemerosotan akhlaknya, kerajaan Israel mulai memudar dan ditempati oleh berbagai orang-orang penyembah berhala, dan bangsa Israel, yang juga dikenal sebagai Yahudi pada saat itu, diperbudak kembali. Ketika Palestina dikuasai oleh Kerajaaan Romawi, Nabi ‘Isa (Jesus) AS datang dan sekali lagi mengajak Bani Israel untuk meninggalkan kesombongannya, takhayulnya, dan pengkhianatannya, dan hidup menurut agama Allah. Sangat sedikit orang Yahudi yang meyakininya; sebagian besar Bani Israel mengingkarinya. Dan, seperti disebutkan Al-Qur'an, mereka itu yang: ": telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan 'Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (Al-Qur'an, 5:78) Setelah berlalunya waktu, Allah mempertemukan orang-orang Yahudi dengan bangsa Romawi, yang mengusir mereka semua keluar dari Palestina.
Tujuan penjelasan yang panjang lebar ini adalah untuk menunjukkan bahwa pendapat dasar Zionis bahwa “Palestina adalah tanah Allah yang dijanjikan untuk orang-orang Yahudi” tidaklah benar. Pokok permasalahan ini akan dibahas secara lebih rinci dalam bab tentang Zionisme.
Zionisme menerjemahkan pandangan tentang “orang-orang terpilih” dan “tanah terjanji” dari sudut pandang kebangsaannya. Menurut pernyataan ini, setiap orang yang berasal dari Yahudi itu “terpilih” dan memiliki “tanah terjanji.” Padahal, ras tidak ada nilainya dalam pandangan Allah, karena yang penting adalah ketakwaan dan keimanan seseorang. Dalam pandangan Allah, orang-orang terpilih adalah orang-orang yang tetap mengikuti agama Ibrahim, tanpa memandang rasnya.
Al-Qur'an juga menekankan kenyataan ini. Allah menyatakan bahwa warisan Ibrahim bukanlah orang-orang Yahudi yang bangga sebagai “anak-anak Ibrahim,” melainkan orang-orang Islam yang hidup menurut agama ini:
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. (Qur'an, 3:68)
THE MUSLIM OBSERVER, SEPTEMBER 2001 

W. REPORT, Juli 96 
Sementara umat Yahudi yang menentang Zionisme secara terbuka menentang pemerintah Israel, Yahudi fanatik berpandangan: “Tanah Terjanji adalah untuk Orang Terpilih. Selamanya. Kekal. Abadi.” Di sampul luar Washington Report on Middle East Affairs, Yahudi fanatik digambarkan membawa spanduk dengan semboyan ini. Karena pandangan keliru seperti ini, mereka bertindak kejam atas tahanan penduduk Palestina Kristen maupun Islam.

 

teluk batang

dapatkan info tentang teluk batang di:
http://images.abuziyad.multiply.com/image/6boYgfDehzQthb-PIFjliw/photos/1M/300x300/616/280610.JPG?et=l7hnRYeexQbRqxzra8ba6w&nmid=0

kerajaan matan kayong utara

KERAJAAN MATAN SUKADANA bag II

KERAJAAN MATAN SUKADANA

Apabila kita simak secara singkat riwayat kerajaan Matan,bermula dari cerita rakyat Ketapang tentang “Puteri Junjung Buih” atau Dayang Putung.Ia diketemukan hanyut di atas buih oleh seorang Rangga Santap petinggi dari Majapahit..Puteri Junjung Buih dikawin kan dengan Pangeran Brawijaya,keturunan Majapahit,ia mendirikan kerajaan dimuara sungai Pawan kemudian digantikan anaknya Pangeran prabu Jaya atau Bapurung tahun 1431,ia digantikan puteranya Pangeran Karang Tunjung (1431-1450).

Kerajaan Matan Sukadana yang disebut pula kerajaan Tanjungpura menjadi Bandar perdagangan besar dibagian barat Kalimantan.

Matan memjadikerajaan Islam Pada masa Panembahan Baruh (1538-1550).ia digantikan Panembahan GIri Kesuma (1550-1600) yang kawin dengan Puteri kerajaan Landak (persatuan Landak dan Matan).
Ketika Panembahan Giri Kesuma wafat tahun 1600,istrinya menjabat wali Negara,karena Putera mahkota Panembahan Giri Kesuma masih kecil…Tahun1604,Matan mengikat perjanjian dengan Belanda (VOC) yang menimbulkan kemarahan Raja Mataram.Tahun 1622 Mataram mengirim Tumenggung Baurekso,Bupati Kendal menyerang Matan.

Giri Mustika menjadi sultan kerajaan Matan dengan gelar Sultan Muhammad Syafiuddin (1622-1659) ipar dari Raja Tangah,paman Sultan Sambas pertama.ia digantikan Sultan Muhammad Zainuddin I (1659-1724).Saudara Sultan Muhammad Zainuddin kawin dengan Raden Bima Sultan Sambas Kedua dengan gelar (Sultan Muhammad Tajuddin).
Tahun 1700 terjadi perang antara Landak dan Matan,karena perebutan pewarisan intan kobi.Landak dibantu oleh Banten dan VOC, karena itu kemudian Banten menyatakan Landak dan Matan dibawah kuasa Banten.Pada peperangan ini Panembahan Agung Sandora kini sultan Zainuddin,mengadakan penghianatan ingin menduduki tahta,sehingga Sultan Muhammad Zainuddin menyingkir kekota Waringin (Banjar) .Dengan bantuan Daeng Berlima yaitu : Opu Daeng Manambun,Opu Daeng Kemasi,Opu Daeng Parani,Opu Daeng Marewah dan Opu Daeng Chelak,kedudukan Sultan Muhammad Zainuddin dapat dipulihkan kembali.Opu Daeng Manambun dikawinkan dengan anak Sultan Muhammad Zainuddin yaitu Puteri Kesumba.Opu Daeng Manambun kemudian diangkat oleh Sultan Muhammad Zainuddin menjadi Panembahan Mempawah,menggantikan Panembahan Senggawok.
Oleh Sultan Muhammad Zainuddin Kerajaan Tanjung Pura Matan dibagi bagi kepada puteranya.Pangeran Mangkurat di Imdralaya,Pangeran Ratu Agung di di Simpang dan Pangeran Martadipura di Karta pura.
Tahun 1724 Sultan Muhammad Zainuddin wafat digantikan Sultan Ma’aziddin (1724-1762) sebagai Sultan Matan.

kerajaan tanjungpura ketapang


http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan1.jpg?t=1268128758 
Istana Matan-Tanjungpura Tahun 1977

Latar Belakang
Kerajaan Matan yang sekarang berada di Ketapang, Kalimantan Barat, merupakan bagiandari jajaran kerajaan Melayu yang terdapat di Pulau Kalimantan. Sejarah dan asal-usul Kerajaan Matan sendiri cukup rumit karena kerajaan ini merupakan kelanjutan riwayat dari Kerajaan Tanjungpura yang kemudian melahirkan dua kerajaan turunan, yaitu Kerajaan Sukadana dan Kerajaan Matan. Oleh karena dilanda konflik internal yang berujung pada perebutan kekuasaan, Kerajaan Matan kemudian terbagi menjadi dua, yakni Kerajaan Simpang-Matan dan Kerajaan Kayong-Matan. Di sisi lain, Kerajaan Sukadana, sebagai penerus pertama Kerajaan Tanjungpura, masih tetap eksis di samping geliat dua kerajaan pecahan Kerajaan Matan tersebut. Kerajaan Tanjungpura sendiri pada awalnya merupakan kerajaan yang didirikan oleh Brawijaya yang berasal dari Kerajaan Majapahit di Jawa. Pada masa Brawijaya, Kerajaan Tanjungpura sempat menjadi kerajaan besar pada zaman Hindu-Buddha di bumi Borneo.
Kerajaan Tanjungpura mengalami masa keemasan pada sekitar abad ke-14. Kerajaan ini adalah kerajaan tertua di Tanah Kayong. Nama Tanah Kayong digunakan untuk menyebut Ketapang yang terkenal sebagai tanah asal orang-orang sakti. Dari riwayat sejarah Kerajaan Tanjungpura inilah asal-usul peradaban Kerajaan Matan turut tergurat. Sumber yang menyatakan tentang keberadaan Kerajaan Tanjungpura dapat dibaca dalamNegarakertagama karangan Mpu Prapanca pada masa Kertanegara (1268—1292) dari Singosari dan pada masa Kerajaan Majapahit dengan Sumpah Palapa Patih Mangkubumi Gajah Mada (Gusti Mhd. Mulia [ed.], 2007:1).
Ibukota Kerajaan Tanjungpura beberapa kali mengalami perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya. Beberapa penyebab Kerajaan Tanjungpura berpindah ibukota adalah terutama karena serangan dari kawanan perompak (bajak laut) atau dikenal sebagai “Lanon”. Konon, di masa itu sepak-terjang gerombolan “Lanon” sangat kejam dan meresahkan penduduk. Kerajaan Tanjungpura sering beralih pusat pemerintahan adalah demi mempertahankan diri karena sering mendapat serangan dari kerajaan lain. Kerap berpindah-pindahnya ibukota Kerajaan Tanjungpura dibuktikan dengan adanya situs sejarah yang ditemukan di bekas ibukota-ibukota kerajaan tersebut.
Negeri Baru di Ketapang merupakan salah satu tempat yang pernah dijadikan pusat pemerintahan Kerajaan Tanjungpura. Dari Negeri Baru, ibukota Kerajaan Tanjungpura berpindah ke Sukadana. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Zainuddin (1665−1724), pusat istana bergeser lagi, kali ini ditempatkan di daerah Sungai Matan (Ansar Rahman, tt:110). Dari sinilah riwayat Kerajaan Matan dimulai. Seorang penulis Belanda menyebut wilayah itu sebagai Kerajaan Matan, kendati sesungguhnya nama kerajaan tersebut pada waktu itu masih bernama Kerajaan Tanjungpura (Mulia [ed.], 2007:5). Pusat pemerintahan kerajaan ini kemudian berpindah lagi yakni pada 1637 di wilayah Indra Laya. Indra Laya adalah nama dari suatu tempat di tepian Sungai Puye, anak Sungai Pawan. Kerajaan Tanjungpura kembali beringsut ke Kartapura, kemudian ke Desa Tanjungpura, dan terakhir pindah lagi ke Muliakerta di mana Keraton Muhammad Saunan sekarang berdiri.
Setelah raja pendiri kota Kerajaan Tanjungpura wafat dan dimakamkan di Kota Tanjungpura , pemerintahannya dilanjutkan oleh Pangerang Perdana Menteri ( Pangeran Jaya Anom ) ( 1833 – 1845 ). Tahun 1845, sebagai Pengganti Pangeran, Perdana Menteri dinobatkanlah Haji Muhammad Sabran. Panembahan ini pulalah memindahkan pusat pemerintahannya ke Mulia Kerta ( 1876 )
Padanya diberkahi 3 putra dengan nama masing – masing :
_ Gusti Solihin
Bergelar PANGERAN BENDAHARA
_ Uti Mukhsin
Bergelar PANGERAN LAKSAMANA
_ Gusti Busrah
Bergelar PANGERAN RATU
Semasa hidupnya, Penembahan Haji Sabran, telah ditunjuk beliau putera mahkota GUSTI BUSRAH sebagai gantinya. Tetapi sayang, sebelum naik tahta, GUST BUSRAH meninggal secara misterius, sedangkan putranya PANGERAN MAS masih belum dewasa. PANGERAN MAS kemudian bergelar Panembahan SAUNAN. Selama Pangeran MAS menambah ilmu keluar daerah, Pemerintahan dipegang oleh Pangeran LAKSAMANA UTI MUKHSIN ( 1908 – 1924 ).
Sekembalinya dari luar daerah, Pangeran MAS, diangkat naik tahta Kerajaan dengan Gelar Panembahan Saunan. Beliau masih single. Keraton dirubahnya menurut apa yang dilihatnuya dari daerah yang telah modern diwaktu itu. Keraton tersebut masih berdiri hingga sekarang ini.
Kerajaan Matan diperintahnya sejak tahun 1924 – 1943. Pemerintahannya berakhir karena kekejaman Jepang. Salah seorang Raja yang terhisap korban keganasan Jepang yang terkenal dengan sebutan “PENYUNGKUPAN”. Cara penangkapan oleh Jepang, yaitu mereka menggunakan kain berupa sarung menutupi kepala sampai mukanya. Seperti menggunakan topi yang panjang menutupi langsung muka si yang dimaksud. Tapi keterangan banyak orang yang melihatnya, bahwa beliau tak sempat terbunuh oleh Jepang, katanya pada detik – detik rencana pengakapan untuk jadi makanan pedang samurai Jepang, beliau menghilang dimalam hari. Tak tahu kemana rimbanya hingga dewasa ini. Hilang secara misterius.
Tahun 1945 – 1946 dikerajaan Matan diangkatlah 3 orang Pangeran untuk mengatur Pemerintahan yang telah tersusun sebagai berikut :
- UTI HALIL diangkat menjadi Pangeran MANGKU NEGARA
- UTI APLAH diangkat menjadi Pangeran ADIPATI
- UTI KENCANA diangkat menjadi ANOM LAKSAMANA
Kemudian ketiga orang tersebut menjadi anggota majelis pemerintahan
Kerajaan Matan.
Wilayah Kekuasaan
Wilayah Kerajaan Tanjungpura yang menurunkan Kerajaan Sukadana, Kerajaan Matan, Kerajaan Simpang-Matan, dan Kerajaan Kayong-Matan, cukup sulit dipetakan dengan pasti. Seperti yang telah dipaparkan di atas, pusat pemerintahan Kerajaan Tanjungpura beberapa kali mengalami perpindahan. Salah satu pusat pemerintahan Kerajaan Tanjungpura adalah di Negeri Baru (disebut juga Benua Lama). Menurut beberapa sejarawan, Kota Baru terletak di Ketapang, Kalimantan Barat. Kerajaan Tanjungpura sering dikenal juga dengan nama Bakulapura dengan ibunegerinya di Tanjungpuri (Mulia [ed.], 2007:5). Dari Negeri Baru, ibukota Kerajaan Tanjungpura berpindah ke Sukadana hingga berdirinya kerajaan baru bernama Kerajaan Sukadana.
matan2.jpg picture by abyumy
Kedudukan Kerajaan Tanjungpura Berdasarkan Peta Kuno Tahun 1602 yang Dibuat oleh Theodore de Bry. 
Kerajaan Sukadana telah merintis perluasan kekuasaannya pada masa pemerintahan Panembahan Baroh (1548−1550) hingga ke daerah pedalaman Sungai Melano, yaitu sampai ke sebuah desa bernama Desa Matan (sekarang bernama Desa Batu Barat) yang kini termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Pengembangan wilayah kekuasaan ini adalah juga dalam usaha mengembangkan agama Islam yang telah masuk ke Sukadana. Perpindahan ini juga mempengaruhi arus perpindahan penduduk Sukadana yang bermigrasi ke pedalaman, menyusuri tepian Sungai Melano, Sungai Matan, Sungai Bayeh, dan bermukim di Kampung Bukang, Banjor, Kembereh, Gerai, Kalam, Simpang Dua, hingga ke daerah Balaiberkuak.
Meskipun pusat pemerintahan Kerajaan Sukadana telah dipindahkan ke Desa Matan sejak masa kepemimpinan Panembahan Baroh, namun nama Kerajaan Matan baru dikenal pada era pemerintahan Sultan Muhammad Zainuddin (1665-1724), yang menegaskan bahwa pusat kerajaan berada di daerah Sungai Matan (Rahman, tt:110). Pada 1637, pusat pemerintahan Kerajaan Matan berpindah lagi, kali ini ke Indra Laya yang terletak di Sungai Puye, anak Sungai Pawan. Kemudian, kerajaan kembali berpindah ke Kartapura, kemudian baru ke Desa Tanjungpura, dan terakhir pindah ke Muliakerta di mana Keraton Muhammad Saunan sekarang berdiri.
Setelah era pemerintahan Sultan Muhammad Jamaluddin (1762-1819), raja terakhir Dinasti Matan, berakhir, pusat pemerintahan kerajaan dipindahkan ke wilayah bernama Simpang, letaknya tidak seberapa jauh dari Matan, dan nama kerajaannya pun berubah menjadi Kerajaan Simpang atau Kerajaan Simpang-Matan karena kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Matan. Sebelumnya, Kerajaan Kayong-Matan sudah terlebih dulu berdiri sebagai akibat dari perpecahan internal Kerajaan Matan. Maka kemudian disepakatilah pembagian wilayah antara Kerajaan Simpang-Matan dan Kerajaan Kayong-Matan dengan batas Sungai Pawan. Sebelah kiri Sungai Pawan adalah wilayah Kerajaan Simpang-Matan sementara wilayah Kerajaan Kayon-Matan adalah di sebelah kanan sungai. Adapun batas-batas daratnya adalah sebagai berikut:
  1. Di daerah Kubing Sei. Laur (Penggenting Asah).
  2. Di Desa Baya (Kematanan Agol).
  3. Di hulu Sei. Laur (Tembenang Pantap).
Nama Simpang-Matan digunakan karena kerajaan ini berada di persimpangan dua sungai: satu cabang teletak di sebelah kanan Sungai Matan, dan cabang lainnya berada di sebelah kiri Sungai Pagu di Lubuk Batu. Jarak antara Kerajaan Simpang-Matan dan Kerajaan Kayong-Matan cukup dekat, dapat ditempuh dalam waktu setengah hari.
4. Sistem Pemerintahan
Pendiri Kerajaan Tanjungpura adalah Raja Brawijaya dari Majapahit. Dalam menjalankan roda pemerintahan Kerajaan Tanjungpura, Raja Brawijaya dibantu oleh lima saudaranya yang masing-masing didaulat mengampu lima suku dengan pangkat, tugas, serta wewenang yang berbeda. Pertama adalah Maya Agung yang bertugas menerima setiap utusan yang datang ke kerajaan. Maya Agung merupakan hulubalang pertama atau bertindak sebagai wakil raja yang diberi kewenenangan menangani urusan-urusan besar, termasuk perang dan menggelar upacara penobatan raja. Kedua adalah Mengkalang yang bertugas menangani hal-hal yang tidak bisa dilakukan raja dan Maya Agung. Suku ketiga dinamakan Priyayi atauRerahi Muka Raja yang menjalankan fungsinya sebagai pengisi kekosongan pemerintahan ketika raja wafat dan belum ada penggantinya. Suku keempat adalah Siring yang menjadi pengiring raja dan pemegang pusaka raja. Terakhir adalah suku Mambal dengan tugas sebagai penambal urusan-urusan raja, istana, adat, dan sarana-sarana yang rusak. Kelima suku inilah yang berhak untuk menyelenggarakan prosesi pengangkatan dan penobatan raja (Mulia [ed.], 2007:9).
Ketika Kerajaan Tanjungpura berganti nama menjadi Kerajaan Sukadana, ajaran Islam mulai masuk dan perlahan-lahan menggeser agama Buddha yang menjadi keyakinan Brawijaya pada era Kerajaan Tanjungpura, kendati keluarga kerajaan belum memeluk Islam. Perkembangan ajaran Islam yang dibawa pedagang-pedagang Arab dari Palembang pada permulaan tahun 1500 bertambah pesat pada masa pemerintahan Panembahan Baroh, meski raja ini juga belum memeluk Islam.
Pada masa ini, penyebutan raja mulai diganti dengan gelar gusti. Gelar di lingkungan kerajaan bukanlah menunjukkan kasta/kelas sosial, namun cenderung merujuk pada ikatan kekerabatan yang menganut garis laki-laki atau dari keturunan bapak (patriarki). Sementara, panembahan pertama yang memeluk agama Islam adalah Giri Kesuma atau Gusti Aliuddin atau Panembahan Sorgi (1590−1604) yang menggantikan Panembahan Baroh. Pada masa inilah, keberadaan calon Kerajaan Matan sudah merintis pondasi dan sudah mulai berperan di samping sisa-sisa kerajaan sebelumnya, yaitu Kerajaan Sukadana, yang masih berdiri (De Graaf & Pigeaud, 1989:172).
Memasuki pertengahan abad ke-18, penjajah Belanda mulai turut campur dalam pemerintahan kerajaan pada masa Sultan Muhammad Jamaluddin yang menjadi raja terakhir Kerajaan Matan sebelum mendirikan Kerajaan Simpang-Matan, sementara Kerajaan Kayong-Matan berdiri di bawah pimpinan Gusti Irawan dengan gelar Sultan Mangkurat. Belanda mulai membangun tangsi-tangsi militer di wilayah Kerajaan Simpang-Matan serta menjadikan daerah Sukadana sebagai basis kekuatan dan pertahanannya dalam menguasai daerah-daerah pantai selatan di Kalimantan Barat.
Perkembangan selanjutnya adalah Belanda kemudian mengadakan perjanjian dengan Sultan Simpang-Matan dengan kedok menawarkan jasa kepada Sultan untuk mengurusi wilayah Kerajaan Simpang-Matan yang terlalu luas. Tawaran ini diterima oleh Sultan Muhammad Jamaluddin hingga akhirnya Belanda berhasil menguasai Kerajaan Simpang-Matan. Sejak saat itu, pengaruh Belanda semakin kuat dan selalu mencampuri urusan-urusan internal kerajaan kendati beberapa kali terjadi perlawanan dari orang-orang kerajaan untuk menangkal pengaruh Belanda, seperti perlawanan Gusti Panji bergelar Panembahan Suryaningrat (raja keempat Kerajaan Simpang-Matan), Patih Kampung Sepuncak (Hulubalang I), Uti Usma, Gusti Muhammad Shalehan, Gusti Hamzah, dan lain-lainnya.

http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan3.jpg?t=1268129042 
Istana Matan-Tanjungpura Sekarang

Pada era pendudukan militer Jepang yang menggusur kolonialisme Belanda sejak tahun 1942, rakyat serumpun Kerajaan Matan mengalami masa-masa mencekam akibat kekejaman Jepang. Tanggal 23 April 1943, Jepang menangkap raja-raja di Kalimantan Barat dan nyaris semuanya dibunuh. Gusti Mesir, Sultan Kerajaan Simpang-Matan beruntung dapat lolos dari pembunuhan massal itu. Akan tetapi, nasib tragis menimpa Gusti Muhammad Saunan, yang memimpin Kerajaan Kayong-Matan sejak tahun 1922. Panembahan Matan terakhir ini meninggal dunia tahun 1943 sebagai korban fasisme Jepang (Rahman, 2000:22).
Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, wilayah yang semula di bawah kuasa kerajaan dihimpun dalam suatu daerah pemerintahan yang disebut swapraja dan dibentuklah suatu majelis yang bernama Majelis Pemerintahan Kerajaan Matan (MPKM) sebagai pengampu pemerintahan adat. Pada akhirnya, seiring dengan terbentuknya pemerintahan di daerah-daerah pascapenyerahan kedaulatan dari Belanda ke pemerintah Republik Indonesia tahun 1949, wilayah kerajaan ini dilebur dan diserahterimakan kepada Pemerintah Daerah Kalimantan Barat dengan dihapuskannya swapraja berdasarkan Undang-Undang No. 27 tahun 1959 tertanggal 4 Juli 1959, dan Instruksi Gubernur Kepala Daerah Provinsi Kalimantan Barat tertanggal 29 Februari 1960 No. 376/Pem-A/1-6.
(Iswara NR/Krj/02/07-2009)

Bagan Sislsilah Kerajaan

http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan4.jpg?t=1268129156 
Setelah Sultan Muhammad Zainuddin lengser, pemerintahan Kerajaan Matan diteruskan oleh putranya yang bernama Gusti Kesuma Bandan dan bergelar Sultan Muhammad Muazzuddin yang memerintah pada kurun 1724−1738. Sultan Muhammad Muazzuddin memiliki tiga orang putra, yaitu Gusti Bendung, Gusti Irawan, dan Gusti Muhammad Ali. Ketika Sultan Muhammad Muazzuddin wafat, ditunjuklah Gusti Bendung atau Pangeran Ratu Agung sebagai penerus tahta Kerajaan Matan dengan gelar Sultan Muhammad Tajuddin (1738−1749). Sementara anak kedua Sultan Muhammad Muazzuddin, yaitu Gusti Irawan, menjadi raja di Kayong (Muliakerta) dengan gelar Sultan Mangkurat yang membawahi Kerajaan Kayong-Matan (sering pula disebut sebagai Kerajaan Tanjungpura II).
Pada kurun berikutnya (1749−1762), pemerintahan Matan dipegang oleh anak tertua dari Sultan Muhammad Tajuddin yaitu Sultan Ahmad Kamaluddin yang bernama asli Gusti Kencuran (Mulia [ed.], 2007:24). Terakhir, tahta kuasa Kerajaan Matan diturunkan kepada Gusti Asma yang bergelar Sultan Muhammad Jamaluddin (1762−1819). Sultan inilah yang menjadi raja pamungkas Dinasti Matan karena setelah itu pusat pemerintahan dipindahkan ke wilayah bernama Simpang yang letaknya tidak seberapa jauh dari Matan, dan nama kerajaannya pun berubah menjadi Kerajaan Simpang atau sering pula dikenal sebagai Kerajaan Simpang-Matan, karena kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Matan.
Dengan demikian, terdapat dua kerajaan yang menyandang nama Matan, yaitu Kerajaan Simpang-Matan di bawah komando Sultan Muhammad Jamaluddin, dan Kerajaan Kayong-Matan yang dipimpin oleh Gusti Irawan atau Sultan Mangkurat. Jika diurutkan, terdapat beberapa kerajaan yang merupakan keturunan dari Kerajaan Tanjungpura, yaitu Kerajaan Sukadana, Kerajaan Matan, Kerajaan Simpang-Matan, serta Kerajaan Kayong-Matan. Di antara kerajaan-kerajaan tersebut masih terjalin hubungan kekerabatan yang cukup erat kendati masih sering terjadi pasang surut karena beberapa sebab perselisihan dan campur tangan penjajah Belanda.
Silsilah Raja-Raja
Dalam melacak jejak raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Matan, patut diketahui pula silsilah raja-raja Kerajaan Tanjungpura karena kedua kerajaan ini sebenarnya masih dalam satu rangkaian riwayat panjang. Berhubung terdapat beberapa versi tentang sejarah dan silsilah raja-raja Tanjungpura beserta kerajaan-kerajaan lain yang masih satu rangkaian dengannya, maka berikut ini dipaparkan silsilahnya menurut salah satu versi, yaitu berdasarkan buku Sekilas Menapak Langkah Kerajaan Tanjungpura (2007) suntingan Drs H Gusti Mhd. Mulia:
Kerajaan Tanjungpura
1. Brawijaya (1454−1472).
2. Bapurung (1472−1487).
3. Panembahan Karang Tanjung (1487−1504).
Pada masa pemerintahan Panembahan Karang Tanjung, pusat Kerajaan Tanjungpura yang semula berada di Negeri Baru dipindahkan ke Sukadana, dengan demikian nama kerajaannya pun berubah menjadi Kerajaan Sukadana.
Kerajaan Sukadana
1. Panembahan Karang Tanjung (1487−1504).
2. Gusti Syamsudin atau Pundong Asap atau Panembahan Sang Ratu Agung (1504−1518).
3. Gusti Abdul Wahab atau Panembahan Bendala (1518−1533).
4. Panembahan Pangeran Anom (1526−1533).
5. Panembahan Baroh (1533−1590).
6. Gusti Aliuddin atau Giri Kesuma atau Panembahan Sorgi (1590−1604).
7. Ratu Mas Jaintan (1604−1622).
8. Gusti Kesuma Matan atau Giri Mustika atau Sultan Muhammad Syaifuddin (1622−1665).
Inilah raja terakhir Kerajaan Sukadana sekaligus raja pertama dari Kerajaan Tanjungpura yang memeluk agama Islam.
Kerajaan Matan
1. Gusti Jakar Kencana atau Sultan Muhammad Zainuddin (1665−1724).
2. Gusti Kesuma Bandan atau Sultan Muhammad Muazzuddin (1724−1738).
3. Gusti Bendung atau Pangeran Ratu Agung atau Sultan Muhammad Tajuddin (1738−1749).
4. Gusti Kencuran atau Sultan Ahmad Kamaluddin (1749−1762).
5. Gusti Asma atau Sultan Muhammad Jamaluddin (1762−1819).
Gusti Asma adalah raja terakhir Kerajaan Matan dan pada masa pemerintahannya, pusat pemerintahan Kerajaan Matan dialihkan ke Simpang, dan nama kerajaannya pun berganti menjadi Kerajaan Simpang atau Kerajaan Simpang-Matan.
Kerajaan Simpang-Matan
1. Gusti Asma atau Sultan Muhammad Jamaluddin (1762−1819).
2. Gusti Mahmud atau Panembahan Anom Suryaningrat (1819−1845).
3. Gusti Muhammad Roem atau Panembahan Anom Kesumaningrat (1845−1889).
4. Gusti Panji atau Panembahan Suryaningrat (1889−1920).
5. Gusti Roem atau Panembahan Gusti Roem (1912−1942).
6. Gusti Mesir atau Panembahan Gusti Mesir (1942−1943).
7. Gusti Ibrahim (1945).
Gusti Mesir menjadi tawanan tentara Jepang yang berhasil merebut wilayah Indonesia dari Belanda pada 1942, karena itulah maka terjadi kekosongan pemerintahan di Kerajaan Simpang. Pada akhir masa pendudukan Jepang di Indonesia, sekira tahun 1945, diangkatlah Gusti Ibrahim, anak lelaki Gusti Mesir, sebagai raja. Namun, karena saat itu usia Gusti Ibrahim baru menginjak 14 tahun maka roda pemerintahan dijalankan oleh keluarga kerajaan yaitu Gusti Mahmud atau Mangkubumi yang memimpin Kerajaan Simpang hingga wafat pada 1952.
Kerajaan Kayong-Matan atau Kerajaan Tanjungpura II
1. Gusti Irawan atau Sultan Mangkurat.
Gusti Irawan merupakan putra kedua Sultan Muazuddin (Raja Kerajaan Matan) dan adik dari Sultan Muhammad Tajuddin yang melanjutkan tahta Sultan Muazuddin sebagai Raja Matan.
2. Pangeran Agung.
3. Sultan Mangkurat Berputra.
4. Panembahan Anom Kesuma Negara atau Muhammad Zainuddin Mursal (1829-1833).
Panembahan Anom diberhentikan sebagai sultan sejak 1833 karena dianggap tidak loyal kepada Sultan Abdul Jalil Yang Dipertuan Syah Raja Negara Sukadana. Posisi kepemimpinan Kerajaan Kayong kemudian dialihkan kepada kakak Pangeran Anom yaitu Pangeran Cakra Negara yang berkuasa sebagai Panembahan Matan pada periode 1833−1835. Atas campur tangan Belanda, mulai tahun 1835 Pangeran Anom kembali didudukkan menjadi Panembahan Matan hingga tahun 1847.
5. Pangeran Muhammad Sabran.
Muhammad Sabran adalah anak dari Panembahan Anom. Ketika diresmikan menjadi sultan dengan Surat Keputusan Gubernemen (Pemerintah Kolonial Hindia Belanda) No. 3 tertanggal 11 Maret 1847, Pangeran Muhammad Sabran masih berusia sangat muda sehingga dibentuklah sebuah presidium yang beranggotakan 5 orang menteri dan diketuai oleh Pangeran Mangkurat untuk menjalankan roda pemerintahan. Muhammad Sabran baru menjabat sebagai Panembahan Matan pada 1856. Pada masa pemerintahan Panembahan Muhammad Sabran, pusat kerajaan berpindah dari Tanjungpura ke Muliakerta, Ketapang, Kalimantan Barat. Panembahan Sabran memerintah hingga tahun 1908. Setahun kemudian, pada 1909, Panembahan Sabran meninggal dunia.
6. Gusti Muhammad Saunan,
Muhammad Saunan merupakan cucu dari Panembahan Sabran yang dinobatkan sebagai pewaris tahta kerajaan karena sang putra mahkota, anak pertama Panembahan Sabran yang bernama Pangeran Ratu Gusti Muhammad Busra, wafat terlebih dulu dari ayahnya. Ketika dilantik sebagai pemimpin kerajaan pada 1909, Gusti Muhammad Saunan (putra pertama Gusti Muhammad Busra) masih belum cukup dewasa, maka kendali pemerintahan dipegang oleh Uti Muchsin Pangeran Laksamana Anom Kesuma Negara (paman Gusti Muhammad Saunan/adik Gusti Muhammad Busra). Gusti Muhammad Saunan resmi menjabat sebagai Panembahan Matan pada 1922 dan meninggal dunia pada era pendudukan Jepang di Indonesia yaitu tahun 1942.
Meski terpecah-pecah menjadi beberapa kerajaan, namun kerajaan-kerajaan turunan Kerajaan Tanjungpura (Kerajaan Sukadana, Kerajaan Simpang-Matan, dan Kerajaan Kayong-Matan atau Kerajaan Tanjungpura II) masih tetap eksis dengan pemerintahannya masing-masing. Silsilah raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Matan (dan sebelum berdirinya Kerajaan Matan) di atas adalah salah satu versi yang berhasil diperoleh.
Terdapat versi lain yang juga menyebutkan silsilah raja-raja Matan yang diperoleh dari keluarga Kerajaan Matan sendiri dengan menghimpun data dari berbagai sumber (P.J. Veth, 1854; J.U. Lontaan, 1975; H. von Dewall, 1862; J.P.J. Barth, 1896; Silsilah Keluarga Kerajaan Matan-Tanjungpura; Silsilah Raja Melayu dan Bugis; Raja Ali Haji, Tufat al-Nafis; Harun Jelani, 2004; H.J. de Graaf, 2002; Gusti Kamboja, 2004), yakni sebagai berikut:
Kerajaan Tanjungpura
  1. Sang Maniaka atau Krysna Pandita (800 M−?); Menurut Bustan Arifin Al Salatin, Sejarah Nasional, Sejarah Melayu, Pengaruh Syailendra dan Sriwijaya (850-900).
  2. Hyang-Ta (900?−977); Menurut kronik Cina, Pengaruh Sriwijaya Periode Kerajaan Kalingga (India Selatan).
  3. Siak Bahulun (977−1025); Menurut Sejarah Kalimantan Barat/Cerita Lisan Periode serangan Kerajaan Cola (India Selatan) ke Sriwijaya.
  4. Rangga Sentap (1290−?); Taklukan Singhasari, Ekspedisi Pamalayu Periode Singhasari (1222−1293).
  5. Prabu Jaya/Brawijaya (1447-1461); Taklukan Majapahit, menurut Negarakertagama, menurut Prasasti Waringin Pitu (1447).
  6. Raja Baparung, Pangeran Prabu (1461−1481).
  7. Karang Tunjung, Panembahan Pudong Prasap (1481−1501).
  8. Panembahan Kalahirang (1501−1512); Kerajaan pindah ke Sukadana, politik ekspansi sampai Tanjung Datuk, Tanjung Putting, Karimata, dan Pulau Tujuh.
  9. Panembahan Bandala (1512−1538); Anak Kalahirang.
  10. Panembahan Anom (1538−1565); Saudara Panembahan Bandala.
  11. Panembahan Dibarokh atau Sibiring Mambal (1565−1590).
  1. Kerajaan Matan
  1. Giri Kusuma (1590−1608); Anak Panembahan Bandala.
  2. Ratu Sukadana atau Putri Bunku/Ratu Mas Jaintan (1608−1622); Istri Giri Kusuma/Anak Ratu Prabu Landak.
  3. Panembahan Ayer Mala (1622−1630); Anak Panembahan Bandala.
  4. Sultan Muhammad Syafeiudin, Giri Mustaka, atau Pangeran Iranata/Cakra (1630−1659); Anak/Menantu Giri Kusuma.
  5. Sultan Muhammad Zainuddin/Pangeran Muda (1659−1725); Anak Sultan Muhammad Syaeiuddin.
  6. a. Pangeran Agung (1710−1711); Perebutan kekuasaan.
  1. b. Pangeran Agung Martadipura (1725−1730); Anak Sultan Muhammad Zainuddin, pembagian kekuasaan memimpin kerajaan di Tanah Merah.
  1. Pangeran Mangkurat/Sultan Aliuddin Dinlaga (1728−1749); Anak Sultan Muhammad Zainuddin, pembagian kekuasaan di Sandai dan Tanah Merah.
    1. Pangeran Ratu Agung (1735−1740); Anak Sultan Muhammad Zainuddin, pembagian kekuasaan, memimpin kerajaan di Simpang.
    2. Sultan Muazzidin Girilaya (1749−1762); Anak Pangeran Ratu Agung, memimpin kerajaan di Simpang.
  2. Sultan Akhmad Kamaluddin/Panembahan Tiang Tiga (1762−1792); Anak Sultan Aliuddin Dinlaga.
  3. Pangeran Ratu atau Sultan Muhammad Jamaluddin (1792−1830); Anak Sultan Akhmad Kalamuddin.
  4. Pangeran Adi Mangkurat Iradilaga atau Panembahan Anom Kusuma Negara (1831−1843); Anak Pangeran Mangkurat.
  5. Pangeran Cakra yang Tua atau Pangeran Jaya Anom (1843−1845); Sebagai pejabat perdana menteri, anak Pangeran Mangkurat.
  6. Panembahan Gusti Muhammad Sabran (1845−1908); Anak Panembahan Anom Kusuma Negara.
  7. Pangeran Laksamana Uti Muchsin (1908−1924); Anak Panembahan Gusti Muhammad Sabran.
  8. Panembahan Gusti Muhammad Saunan atau Pangeran Mas (1924−1943); Anak Gusti Muhammad Busra.
  9. Majelis Pemerintah Kerajaan Matan (1943−1948), terdiri dari Uti Halil (Pg. Mangku Negara), Uti Apilah (Pg. Adipati), Gusti Kencana (Pg. Anom Laksamana).


http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan5.jpg?t=1268129276 

Gusti Muhammad Saunan 
PENINGGALAN BENDA – BENDA KERAJAAN

http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan6.jpg?t=1268129334
Keraton Gusti Muhammand Saunan (GM) Saunan adalah salah satu objek wisata menarik yang dapat dijumpai di Ketapang, Kalimantan Barat. Keraton ini terletak di Kelurahan Mulia Kerta, Kecamata Benua Kayong, hanya sekitar 30 menit dengan menggunakan sepeda motor dari Kota Ketapang.. Pendirian Keraton Panembahan Gusti Muhammad Saunan, dimulai sejak Panembahan Anom Kusuma Negara, namun pada zaman GM Saunan inilah, Keraton ini dipercantik dengan gaya Eropa. Keraton Gusti Muhammad Saunan yang berwarna hijau kuning ini, memiliki arti yaitu Keraton Melayu Ketapang
Koleksi yang masih ada di keraton ini adalah :
1. Meriam Padam Pelita

http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan7.jpg?t=1268129674 
Konon waktu cerita zaman dahulu, apabila meriam ini dibunyikan maka seluruh Ketapang pada waktu itu, lampu pelitanya akan padam karena terkena bisa suara meriam ini. Yang lebih aneh lagi, diceritakan meriam ini meskipun kecil akan tetapi beratnya sangat luar biasa sehingga hanya kerabat keraton saja yang bisa mengangkatnya.
2. Aneka Motif Kain
http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan8.jpg?t=1268129676 


http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan12.jpg?t=1268129677 
Peninggalan lain yang cukup unik adalah motif kain kerajaan yang sudah berusiia 200 – 300 tahun. Pakaian – pakaian ini tidak dapat dicuci dengan cara biasa tetapi harus menggunakan kunyit karena unsur bahan zaman dahulu yang berbeda. Motif kain – kai tersebut diantaranya :
_ Motif corak Nage Belimbur
_ Motif Pelagi Bekubak
_ Motif Corak Lingsang
_ Motif Lunggi

http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan9.jpg?t=1268130022 

http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan10.jpg?t=1268130414 

http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan11.jpg?t=1268130416 

http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan13.jpg?t=1268130420 
3. Timbangan Naga

http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan14.jpg?t=1268130497 
Timbangan Naga ini digunakan pada saat upacara – upacara adat seperti :
_ Tradisi Tijak Tanah
_ Tradisi anak gadis yang pertama kali datang bulan
_ Tradisi 7 bulan para wanita yang sedang mengandung ( hamil ), dan sebagainya.
Hingga saat ini timbang naga masih digunakan pada acara – acara tersebut.
4. Guci – Guci

http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan15.jpg?t=1268130499 http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan16.jpg?t=1268130630

5. Singgasana Kerajaan
http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan17.jpg?t=1268130701
Ini merupakan tempat pemimpin kerajaan.

6. Kamar Tidur Panembahan Gusti Muhammad Saunan

http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan18.jpg?t=1268130691 
7. Peninggalan Hasil Kebudayaan dari Tembaga

http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan19.jpg?t=1268130817 

http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan20.jpg?t=1268130821 
8. Meriam Peninggalan Portugis

http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan21.jpg?t=1268130879

9. Makam Kerajaan
_ Keramat Tujuh
http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan22.jpg?t=1268130886 
_ Kerajaaan Tanjungpura

http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan23.jpg?t=1268130891 

http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan24.jpg?t=1268130892 

http://i876.photobucket.com/albums/ab324/abyumy/kerajaan%20matan/matan25.jpg?t=1268130890 
Prasasti Nisan Keramat 7, Berangka Tahun 1363 atau 1441 Masehi, ditemukan di Muliakerta, Ketapang, Kalimantan Barat.



SYAIR KERATON MATAN
Tersebut kisah Kerajaan Tanjungpura
Kerajaan besar pernah berjaya
Menguasai Kalimantan hampir semua
Kabupaten Ketapang inilah lokasinya
Dalam sejarah dapat dibaca
Ada tercabtum dalam Negara Kertagama
Tersebut juga di Sumpah Palapa
Tentang kebesaran Kerajaan Tanjungpura
Waktu Panembahan Giri Kusuma
Raja Tengah datang berkelana
Diambil raja jadi menantunya
Dinikahkan dengan Ratu Suria
Waktu Zainuddin menjadi Sulthan
Banyak sekali terjadi peperangan
Termasuk kerabat yang jadi lawan
Kalah dan menang saling bergantian
Pangeran Agung rebut kekuasaan
Sulthan ke Banjar menghimpun kekuatan
Meneteri hulubalang dikumpulkan
Merebut kembali tahta kerajaan
Dua kali menyerang Tanjungpura
Pangeran Agung kuat pertahanannya
Bahkan Zaenuddin sempat ditawannya
Dalam mesjid dipenjarakannya
Sebelum Zainuddin kirim utusan
Ke Johor beliau minta bantuan
Ada anak raja Luwak lima pahlawan
Itulah Daeng Menambon lima sekawan
Segera berangkat Upu Lima Saudara
Dari Johor berlayar ke Tanjungpura
Sulthan Zaenuddin dibebaskan
Dibawa ke Banjar menemui sanak keluarga
Daeng Menambon Panglima Perang
Pangeran Agung harus diserang
Setelah perlengkapan centang perentang
Laut diarung gelombang diterjang
Sudah kehendak Ilahi Rabbi
Kuala Kandang Kerbau tempat berhenti
Daeng Menambon tertambat hati
Dengan Zainuddin empunya puteri
Dipendekkan kisah dipendekkan scerita
Daeng Menambon seorang Panglima
Dinikahkan dengan Puteri Kesumba
Sulthan Zaenuddin jadi Mertua
Didampingi oleh sang suaminya
Daeng Menambon seorang Panglima
Diangkat Zaenuddin jadi Menteri Perdana
Dengan Gelar Pangeran Mas Surya Negara
Sampai wafat gelar melekat
Seorang Pangeran bukan raja berdaulat
Karena itu wahai sahabat
Sejarah jangan diputar ligat
Dalam jaman penjajahan Belanda
Tanjungpura dipecah tiga
Matan, Simpang dan Sukadana
Kerajaan kecil tiada berdaya
Berkat Upaya Morkes Effendi
Satu persatu peninggalan diperbaiki
Makam raja dan Keraton ini
Agar peninggalan tetap lestari
Menurut pendapat para Kyai andalan
Keramat Tujuh dan Keramat sembilan
Tapak wali di Pulau Kalimantan
Tempat Islam mula disebarkan
Menurut Almarhum Kyai Hasan Basri
Beliau adalah ketua MUI
Islam masuk Kalimantan bermule disini
Wahai saudare sadarlah diri
Rabu terakhir dibulan Safar
Adat Melayu makan diluar
Setelah itu mandi air tawar
Memberseihkan diri dalam dan luar