Rabu, 02 Mei 2012

PERANG TELUK IRAK VS KUWAIT 1990 -1991


PERANG TELUK IRAK VS KUWAIT  1990­ -1991

          Invasi Irak ke Kuawit memicu terjadinya perang Teluk karena invasi ini direspon oleh Amerika Serikat  dan negara-negara sekutunya dengan operasi militer terhadap Irak dalam usaha pembebasan Kuawit. Setelah peperangan melawan Iran yang diakhiri dengan genjatan senjata pada Agustus 1998,  Irak sudah hampir bangkrut, belum lagi hutan besarnya pada Arab Saudi dan Kuwait.Irak mendesak kedua negara itu menghapuskan hutang itu, tetapi meraka menolaknya.
          Jatuhnya harga minyak berdampak buruk terhadap perekonomian Irak. Pemerintah Irak menyebutnya sebagai bentuk perang ekonomi dan menuduh tindakan Kuawit telah memperparah perang ekonomi itu. Irak mengencam Kuawit yang memproduksi minyak melebihi kuota OPEC. Irak juga menuduh Kuawit melakukan”pengeboran miring” melintasi perbatasan Irak, dan mengambil minyak dari tanah Irak. Selain itu, Irak menyatakan Kuawit sebagai bagian dari provinsi Basar dari Kekaisaran Ottoman, sehingga masih merupakan bagian dari negara Irak. Walaupun Inggris telah memecah kedua negara pada 1899, Irak tetap tidak bersedia  mengakui pemerintahan Kuwait sampai 1963.
Pada awal Juli 1990, Irak mengeluhkan perilaku Kuawit yang tidak menghormati kouta mereka, dan secara terbuka mengancam akan mengambil tindakan miliiter. Pada 31 Juli, negosiasi antara pemerintahan Irak dan Kuwait menemui jalan buntu. Pada 2 Agustus 1990, Irak  melancarkan invasinya ke Kuwait dengan pesawat tempurnya, dan mengebom ibu kota Kuwait. Irak juga menurunkan divisi militer lain untuk merebut bandara dan pangkalan militer Kuawit.   Hanya 2 hari pertempuran, sebagian besar angkatan bersenjata Kuawit telah dikalahkan.
          Dunia pun terguncang oleh aksi militer Irak. Di hari invasi itu Dewan Keamanan PBB langsung menuntut Irak agar segera mundur. Raja Fahd dari Arab Saudi yang takud negaranya akan menjadi sasaran invasi Irak berikutnya segera meminta bantuan dunia dan menawarkan pangkalan udara dan fasilitas militernya. Amerika Serikat menyambut permintaan Raja Fahd dengan segera memulai mobilisasi kekuatan militernya dengan mengirimkan 48 pesawat tempurnya F-15. Sebagai reaksi terhadap tindakan Amerika, Presiden Irak, Saddam Hussien, mengumumkan Kuawit sebagai provinsi Irak Ke-19 dan mengankat sepupunya, Ali Hassan al-Majid, sebagai Gubenur Kuawit.
Beberapa Resolusi PBB dikeluarkan mengecam dan memberi sanksi ekonomi kepada Irak. Salah satu resolusi paling penting di sahkan pada 29 November 1990 yang memberikan tenggat waktu penarikan Irak dari Kuawit hingga 15 Januari 1991, jika tidak dilaksanakan maka akan       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar