Pergerakan Nasional Indonesia
|
BAB
I
PENDAHULUAN
Kolonialisme dan imperialisme pada
dasarnya merupakankan suatu sistem pemerasan
yang dilakukan suatu bangsa terhadap
bangsa lain. Sedangkan kolonialisme yang terdapat
di Indonesia dan bertahan dalam waktu yang
cukup lama, memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Kekuasaan dalam bidang politik oleh
penguasa.
Penindasan dan pemerasan yang sempurna tidak dapat dilaksanakan jika
kekuasaan
politik tidak dipegang kuat. Ini dila kukan oleh Belanda dengan cara
pengawasan
secara ketat dan cermat, untuk menjaga kemungkinan agar suatu kesempatan
tidak
dapat dikuasai oleh suatu bangsa.
b. Penaklukan ekonomi
Sistem perekonomian dibentuk dalam suatu porsi tertentu, agar segala
kepentingan
penduduk terjajah sepenuhnya tergantung pada perusahaan yang dipegang
atau
dimiliki oleh penjajah.
c. Pemisahan Sosial
Hubungan antara penjajah dengan penduduk asli sangat jarang terjadi,
karena
penduduk asli dianggap tidak memiliki kepintaran apapun. Hal ini
berakibat bahwa di
daerah-daerah terjadi pemisahan hubungan antara manusia.
Sistem politik semacam ini mempunyai dampak yang sangat efektif,
terbukti tidak
saja terjadi pertentangan antar suku
bangsa melainkan juga terjadi pertentangan antar
lapisan masyarakat dalam suku bangsa.
Dalam lapangan politik pemerintah Belanda memanfaatkan kelas-kelas
feodal
(tuan-tuan tanah) sebagai tamengnya.
Begitu pula golongan Cina digunakan sebagai
tameng khusus dalam bidang ekonomi.
Keadaan semacam ini bagi pihak Belanda semakin mantap menancapkan
kolonialisme dan imperialisme, apalagi
dalam budaya masyarakat Indonesia sudah
tertanam kuat sikap permusuhan di antara
mereka sendiri pada saat itu.
Suasana merdeka rakyat Indonesia sebelum 17 Agustus 1945 sebenarnya
sudah
pernah dirasakan, dimana rakyat Indonesia
terbebas dari pengaruh kekuasaan asing
manapun juga. Keadaan ini terjadi di masa
kerajaan-kerajaan masih berkuasa di
Indonesia seperti kerajaan sriwijaya,
Majapahit, padjajaran dsb, dimana zaman keemasan
kerajaan itu mempunyai kekuasaan yang luas
hingga keseluruh Asia Tenggara.
Istilah "NASIONAL" yang dipakai pada kerajaan-kerajaan
kurang tepat bila
dibandingkan dengan isi pengertian
nasional yang dimiliki bangsa Indonesia. Namun
yang jelas bahwa suasana merdaka yang
terbebas dari pengaruh asing manapun pernah
dirasakan sebelum imperialisme Belanda
dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
|
1
|
e-USU Repository ©2005 Universitas
Sumatera Utara
|
Sejak imperialisme
berkuasa di bumi Indonesia, bangsa Indonesia terus melakukan
perlawanan inti yang digerakkan oleh kaum
bangsawan, rohoniawan, pedagang, serta
petani. Perlawanan ini membuktikan bahwa
sistem pemerintahan yang bersifat
imperialisme tidak dapat diterima
Indonesia.
Ciri-ciri perlawanan bangsa Indonesia sejak dari abad 16 sampai dengan
abad 19
tidak menyeluruh tetapi besifat lokal atau
sporaodis. Perlawanan- perlawanan itu sangat
banyak dan terkadang pula terjadi dalam
waktu bersamaan dengan tempat yang
berjauhan, sehingga perlawanan itu dapat
dipatahkan oleh kaum kolonial.
Dari sinilah dapat dikatakan kesadaran untuk mengkoordinasi perlawanan
-
perlawanan terhadap kaum kolonial masih
kurang, karena penerapan politik devide et
impera oleh Belanda.
Sehingga konsep vassal atau negara bagian, kerajaan-kerajaan dan
negara-negara
yang ada di Indonesia dengan status
berdaulat tidak ada karena dimatikan oleh Penjajah,
tetapi banga Indonesia tetap ada sebagai
suatu kesatuan dan keseluruhan.
Moehammad Yamin pernah mengemukakan suatu istilah "Bangsa
Indonesia
ketika dijajah dinamakan bangsa budaya dan
setelah merdeka dinamakan bangsa negara
oleh kareana itu telah mempunyai negara
sebagai perumahanya.”
Perlawanan yang terjadi sebelum abad ke-20 satu per satu dapat
dipatahkan, ini
disebabkon oleh kerapian dari organisasi
kolonial tau penjajah. Masalah ini sebenarnya
dilawan oleh rakyat Indonesia dengan
sistem organisasi yang rapi, kekuatan yang tidak
dimiliki tidak sebanding dengan yang
dimiliki oleh kaum penjajah, tetapi dalam setiap
pergerakannya selalu ada niat untuk
mencapai Indonesia merdeka. Rasa kesadaran
berbangsa dan bernegara akan terlihat
jelas sejak adanya Sumpah Pemuda tahun 1928
yang merupakan refleksi kesadaran nasional
bangsa Indonesia.
Usaha bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan itu secara umum
dikenal
dengan Pergerakan Kebangsaan atau
Pergerakan Nasional, yang didukung oleh dua
faktor:
|
1. Faktor Dalam Negeri (Intern)
Seperti yang disebut
di atas bahwa sistem pemerasan itu berjalan sangat lama di
Indonesia. Dalam hal ini karena penjajah
memperoleh keuntungan besar dan mereka yang
diperas menderita kemiskinan, kelaparan,
serta mengalami berbagai penyakit.
Dalam keadaan seperti itu bangsa Indonesia mencari jalan keluar
melalui
bermacam-macam bentuk perlawanan untuk
mendapatkan kebebasan dalam hidupnya
dan tanpa adanya ikatan dari bangsa lain.
sehingga secara jelas dapat dikatakan bahwa
penderitaan dan kesengsaraan merupakan
faktor utama dari dalam negeri untuk
mengadakan pergerakan kebangsaan Indonesia
demi terwujudnya kemerdekaan.
|
2. Faktor Luar Negeri (Ekstern)
Faktor luar negeri yang banyak berperan
dalam mempercepat proses pergerakan
politik di Indonesia, diantranya :
1. Kemenangan Jepang atas Rusia tahun
1905.
Hal ini merupakan suatu prestasi luar biasa. Sebagai negara merdeka di
Asia, Jepang
mempunyai kesempatan yang sama dengan negara-negara Barat daIam
memajukan
dirinya. Hal ini dibuktikan ketika pertarungan bersejata dengan Rusia,
sehingga kesan
Barat terhadap jepang semakin positif.
|
2
|
e-USU Repository ©2005 Universitas
Sumatera Utara
|
2. Pergerakan Kebangsaan India
Untuk mengorganisir kaum pejuang pergerakan di India, dihimpun suatu
wadah yang
bernama Partai Kongres. Partai ini berdiri pada akhir abad ke-19 dan
bentuk
parjuangannya sangat menarik perhatian bangsa Indonesia Ketertarikan
ini disamping
sama-sama sebagai bangsa terjajah oleh bangsa Eropa, adaIah gerakan
swadesi yang
sangat besar pengaruhnya terhadap perjuangan rakyat Indonesia.
3. Pergerakan Nasional di Philipina
Akhir abad ke-19 yaitu tahun 1898 bangsa Philipina mengadakan
pemberontakan
yang luar biasa hebatnya terhadap bangsa Spanyol yang menjajah
Philipina, dibawah
pimpinan Aquinaldo Mabini, yang berhasil membawa bangsa Philipina
merdeka
dengan sistem kenegaraan berbentuk Republik
4. Pergerakan Nasionalis Tiongkok (Cina)
pada tahun 1911 Dr. Sun Yat Sen mendirikan Republik Tiongkok (Cina).
Hal ini
sangat berpengaruh terhadap orang-orang Cina di Indonesia, yaitu
secara tidak
langsung harus mengubah gaya hidupnya yang masih kolot. Hal ini
merangsang
pergerakan Indonesia untuk cepat membangun tanah airnya ke arah
kemajuan dan
kemerdekaan.
|
BAB II
POLITIK KOLONIAL MENJELANG
AKHIR ABAD KE-19
Menjelang akhir abad ke-19 masyarakat
Indonesia merupakan masyarakat
kolonial yang serba terbelakang. Pejajahan
serta Penindasan mengakibatkan kemunduran
segala bidang, baik di bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan.
Dalam bidang politik misalnya dalam pemerintahan, samua
jabatan-jabatan
penting berada di tangan bangsa asing,
sedangkan bangsa Indonesia hanya menduduki
jabatan-jabatan rendah, selain itu pihak
penjajah selalu mananamkan benih-benih
perpecahan dengan manjalankan politik
"devide et impera".
Dalam bidang ekonomi, keadaan bangsa Indonesia sangat menderita karena
penghasilan, yang sangat rendah diterime
oleh rakyat Indonesia, dengan bekerja sebagai
buruh upah pada perkebunan-perkebunan
milik swasta. Rakyat dipaksa untuk
maningkatkan produksi, sedangkan dalam
lingkungan ekonomi tradisional, masyarakat
Indonesia hanya mengenal perusahaan rumah
atau karajinan tangan sehingga tidak ada
ketrampilan yang berkembang.
Dalam bidang pendidikan, pihak penjajah tidak memperhatikan
kapentingan
Pendidikan bagi bangsa Indonesia, sehingga
pada umumnya rakyat Indonesia tidak
pandai membaca dan menulis. Sedangkan
kesempatan pendidikan hanya diberikan
kepada anak-anak kaum bangsawan, pegawai
negeri, anak-anak orang-orang yang
berkedudukan atau berstatus sosial tinggi.
Dalam bidang budaya, kaum penjajah berhasil memasukkan nilai-nilai
budaya
asing, sehingga memgakibatkan merosotnya
beberapa budaya Indonesia dan hampir
kehilangan kepribadiannya.
Kesemuanya merupakan akibat langsung dari politik kolonial Belanda.
Bumi
Indonesia merupakan objek eksploitasi
untuk diambil keuntungan sebesar-besarnya bagi
penjajah, sistem tanam paksa berkembang
sebagai suatu usaha berskala tinggi dengan
mengidentifikasikan pemerintah sebagai
pengusaha dengan NEDERLANDSCHE-
|
3
|
e-USU Repository ©2005 Universitas
Sumatera Utara
|
HANDELS SCHAPPIJ sebagai agen tunggal dan pulau Jawa merupakan
sebuah
perusahaan negara yang besar.
Perkembangan salama abad 19 di berbagai bidang yang membawa akibat
sangat
menyolok, yaitu dengan adanya urbanisasi.
Dengan timbulnya perusahaan perkebunan,
pardagangan, pengangkutan hasil maka
jumlah penduduk yang pindah ke kota dan
munculnya pusat-pusat perusahaan semakin
banyak.
Dengan adanya perusahaan-perusahaan Barat maka diperlukan adanya
administrasi menurut sistem Barat. Apabila
dipandang dari sudut ini maka pemerintah
bersikap dualistis. Di satu pihak
pemerintah Hindia Belanda memerlukan pegawai-
pegawai pribumi yang terampil dan
berpendidikan yang disesuaikan dengan sistem
pemerintahan yang modern, di samping itu pemerintah
Hindia Belandapun menambah
jumlah pegawai pamong Praja Belanda dalam
rangka intensifikasi administrasi. Sistem
dualistis ini dipakai untuk mempertahankan
politik eksploitasi.
Menjelang pergantian abad ke-19 samakin gencar diloncarkan kritik-
kritik
terhadap pemerintah Belanda terutama yang
menyangkut nasib rakyat Indonesia. Hal ini
disebabkan karena di kalangan masyarakat
luas kemudian timbul kesadaran akan sikap
humanitarisme dalam hubungan kolonial
yaitu memperhatikan nasib rakyat pribumi.
Program dari berbagai golongan politik semuanya dan secara serentak
menitikberatkan tanggung jawab moril dalam
melaksanakan politik kolonial. Kesadaran
akan tujuan kolonial ini diperkuat oleh
masalah-masalah yang timbul pada dasa warsa
terakhir abad ke-19, yaitu masalah
keuangan bersama antara Indonesia dan negeri
Belanda masalah kemiskinan rakyat yang
berlawanan dengan kemajuan industri
parkebunan.
Politik baru yang kemudian diperjuangkan terutama bertujuan untuk
mengadakan
desentralisasi rakyat yang kemudian
politik ini dikenal dengan nama politik etis.
|
BAB III
BANGKITNYA PERGERAKAN
NASIONALISME INDONESIA
Politik etis yang
dijalankan oleh Belanda telah memungkinkan masuknya ide-ide
Barat ke-Indonesia yang membawa
pembaharuan-pembaharuan di dalam agama Islam.
Disamping itu faktor luar negari antara
lain memasukkan gagasan nasionalisme
modernisasi di beberapa negara Asia
seperti Turki, Cina dan Indonesia serta restorasi
Meiji di Jepang dan kemenangan negara itu
atau Rusia pada tahun-tahun pertama abad
ke-20, suatu kemenangan yang dianggap
sebagai kemenangan orang Asia (kulit
berwarna) terhadap orang Erapa (kulit
putih).
Karena pengaruh gagasan-gagasan modern, anggota elite nasional
menyadari
bahwa perjuangan untuk memajukan bangsa
Indonesia harus dilakukan dengan
menggunakan organisasi modern. Baik
pendidikan, perjuangan politik, maupun
perjuangan sosial budaya dilakukan secara
organisasi.
Berdasarkan pandangan yang demikian, beberapa pemimpin dalam
masyarakat
mulai menggerakkan pemuda-pemuda,
khususnya kaum terpelajar untuk
mengorganisasikan diri baik di bidang
politik, ekonomi maupun sosial budaya. Pada
tahun 1906-1907 dr. Wahidin
Soedirohoesoedo, mengadakan suatu kampanye ke
beberapa daerah dipulau Jawa. la menggugah
pikiran kaum priyayi untuk mencari jalan
|
4
|
e-USU Repository ©2005 Universitas
Sumatera Utara
|
bagi usaha meningkatkan derajat orang Indonsia yang nampaknya
hanya dapat dilakukan
dengan memperluas pengajaran.
Bertemunya dr. Wahidin Soedirohoesodo dengan pemuda Stovania, Jakarta
pada
akhir tahun 1907, ternyata keduanya
mempunyai gagasan yang sama. Pertemuan tiu
makin mendorong hasrat untuk melaksanakan
cita-cita tersebut yang sesungguhnya sudah
mulai bersemi dalam pikiran pelajar
stovania.
Pada tanggal 20 Mei 190 di gedung perguruan-Stovia, dibentuklah
organisasi
modern perama dikalangan bangsa Indonesia
yang diberi nama BOEDI OETOMO
dengan ketuanya SOETOMO.
Sejak berdirinya sampai pada kongresnya yang pertama dalam bulan
Oktober
1908, BOEDI OETOMO merupakan organisasi
pelajar dengan Stovania sebagai intinya
Tujuannya dirumuskan secara Samar-samar
yaitu "KEMAJUAN HINDIA" dan
jangkauan geraknya sangat terbebas pada
Jawa dan Madura. Cabang Boedi Oetomo
berdiri di Jakarta, Bogor, Bandung,
Magelang, Yogyakarta, Surabaya dan Probolinggo.
Untuk mengkonsolidaesikan diri, Boedi Oetomo mengadakan kongres
partama di
Yogyakarta pada bulan Oktober 1908 Setelah
melalui Perdebatan yang panjang diambil
keputusan sebagai berikut :
a. Boedi Oetomo tidak ikut mengadakan
kegiatan politik
b. Kegiatan terutama ditujukan kepada
bidang pandidikan dan budaya.
c. Ruang gerak terbatas hanya pada daerah
Jawa dan Madura.
|
Kongres juga memutuskan susunan pengurus yang besar, R.T. Tirtokusumo
bupati Karanganyar ditunjuk sebagai ketua
dan pusat organisasi di Yogyakarta. Karena
tidak melibatkan diri dalam bidang politik
dan dipandang tidak berbahaya maka sebagai
organisasi Boedi Oetomo disyahkan oleh
pemerintah kolonial sebagai badan hukum.
Dengan demikian diharapkan bahwa
organisasi itu akan melancarkan aktivitasnya secara
luas.
Harapan itu tidak terkabul karena gerak organisasi kemudin ternyata
menjadi
lamban karena beberapa hal:
a. Adanya kesulitan keuangan
b. Para Bupati mendirikan organisesi
sendiri
c. Keluarnya anggota-anggota dari golongan
pelajar mahasiswa
d. Boedi Oetomo cenderung memajukan
pendidikan golongan priyayi daripada
penduduk pribumi pada umumnya.
e. R.T.Tirtokusumo sebagai ketua Boedi
Oetomo juga sebagai seorang Bupati
lebih banyak memperhatikan reaksi dari pemerintah kolonial daripada
mamperhatikan reaksi rakyat Indonesia.
f.
Bahasa Belanda mempunyai prioritas pertama dari pada bahasa Indonesia.
g.
Menonjolnya pengaruh priyayi yang lebih mengutamakan jabatannya sehingga
golongan pelajar yang lebih nasionalis terdesak ke belakang.
|
Meskipun demikian sampai akhir 1909. Boedi Oetomo telah mempunyai
cabang
di 40 tempat dengan jumlah onggota lebih
kurang 10.000 orang. Suatu jumlah yang pada
waktu itu dianggap sudah cukup besar.
Sedangkan usaha untuk memajukan pada tahun-
tahun berikutnya "tidak begitu
mencapai sukses. Pengaruhnya menurun namun Boedo
Oetomo tatap melaksanakan kegiatannya di
bidang sosial.
|
5
|
e-USU Repository ©2005 Universitas
Sumatera Utara
|
Munculnya Syarekat
Islam yang didirikan pada tahun 1911 di solo oleh H.
samanhudi. Dimaksudkan mambela kepentingan
pedagang-pedagang Indonesia untuk
dari ancaman pedagang Cina. Akan tetapi
kenyataannya Syarikat Islam lebih luas dari
maksud semula dan seolah-olah merupakan
suatu isyarat bagi orang-orang muslim untuk
memulai suatu gerakan untuk melawan semua
kepincangan dan ketidakadilan yang
menimpa rakyat Indonesia baik yang datang
dari saudagar-saudagar Cina maupun
pemerintah kolonialis bahkan dari bangsa
sendiri yang berkhianat.
Organisasi ini digerakkan oleh orang-orang dari yang tidak menjadi
pegawai
pemerintah kolonial, Bahkan ditegaskan
bahwa pegawai negari tidak boleh menjadi
anggota pengurus Diantara yang menjadi
anggota adalah alim ulama dan kyai-kyai, yang
membela kepentingan rakyat kecil yang
dirasakan dalam kehdupan sehari- hari.
Kongres syarikat Islam pertama kali diadakan pada bulan Januari 1913
di
Surabaya H.Oemar Said Tjokroaminoto
terpilih sebagai ketua syarekat Islam dan
Surabaya ditetapkan sebagai pusat
kedudukan syarekat Islam.
Tujuan Syarekat Islam dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.Mengembangkan jiwa dagang
b. Membantu anggota-anggota yang mengalami
kesulitan dalam bidang usaha.
e.Memajukan pengajaran dan semua usaha
yang mempercepat derajat rakyat.
d. Memperbaiki pendapat- pendapat keliru
tentang agama Islam.
e.Hidup menurut parintah agama
|
Dari kegiatan organisasi ini dapat dilihat bahwa syarekat Islam
memperjuangkan
hal- hat yang sesungguhnya terlatak di
bidang politik juga, yaitu perjuangan terhadap
penindasan dan pemerasan oleh pemerintah
kolonial dari segi kaadilan dan kebenaran.
Seluruh media massa Indonesia telah
membantu menyabarluaskan cita cita syarekat Islam
dan sudah tentu dengan segala aksi aksinya
.
Laju perkembangan Syarekat Islam tidak dapat dibendung lagi dan pertumbuhan
organisasi ini berhasil masuk sampai
kelapisan bawah masyarakat, ini disebabkan karena
beberapa hal:
1. Mambela kepentingan rakyat kecil.
2. Menekankan pertentangan ekonomi yang
tidak seimbang.
3. Bertalian dengan agama islam, agama
yang dianut sebagian besar rakyat Indonesia
Pada tahun 1913- 1914 terjadi banyak kerusuhan kerusuhan anti Cina di
Jawa
seperti di Surabaya, Solo, Semarang,
Cirebon, Tangerang, Bekasi dan banyak desa-desa
yang diresahkan oleh keterangan-keterangan
komunal.
Disamping itu juga timbul
keributan-keributan yang ditimbulkan oleh legitasi
yang dipimpin oleh syarekat Islam yang
arahnya menentang pemerintah kolonial.
Maka pada tahun 1913 Pemerintah kolonial mengeluarkan peraturan yang
menetapkan bahwa cabang-cabang syarekat
Islam harus berdiri sendiri untuk daerah
masing-masing. Namun suatu pengurus
sentral yang merupakan badan perwakilan dari
syarekat Islam itu tetap diizinkan.
Pada tahun 1912 muncul Indiche Partij, pencetusnya adalah E.F.E. Douwes
Dekker yang kemudian barganti nama menjadi
Danudirja Setyabudi ia seorang Indo-
Balanda. Organisasi ini mempunyai
cita-cita menyatukan semua golongon yang ada di
Indonesia baik pribumi, Cina, Indo, Arab
dan yang lainnya. Meraka dipadukan dalam
kesatuan bangsa dengan menumbuhkan
semangat nasionalisme Indonesia. Douwes
|
6
|
e-USU Repository ©2005 Universitas
Sumatera Utara
|
Dekker bertemu dan berbicara dengan Dr.Cipto Mangunkusumo,
Suwardi Suryaninggrat
(yang dikenal dengan Ki Hajar Dewantara)
dan Abdul Muis. Semuanya menyokong
gagasan tersebut.
Setelah Indische Partij didirikan pada tahun 1912, cita-citanya lebih
disebarluaskan kemana-mana melalui surat
kabar, terutama de-Express. Ditegaskan
bahwa nasib dan masa dapan mereka yang ada
di Indonesia terletak di tangan mereka
sendiri, karena itu kolonialisme harus
dihapuskan.
Dalam musyawarah wakil-wakil daerah Indische Partij di Bandung pada
bulan
Desembar 1912, tersusunlah anggaran dasar
dan program kerja telah tergambar sifat
nasionalis yang radikal yang bertujuan:
1. Untuk membangun patriotisme Indiers
terhadap tanah air, menumbuhkan dan
meningkatkan jiwa integrasi antar semua golongon untuk memajukan tanah
air
dengan dilandasi jiwa nosional, maupun mempersiapkan diri bagi
kemajuan rakyat
yang merdeka.
|
Untuk mensukseskan cita-cita Indische partij, dalam program kerja
telah
ditetapkan diambil langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Meresapnya cita-cita kesatuan nasional
Hindia (Indonesia).
2. Memberantas kesombongan sosial dalam
pergaulan baik di bidangpemerintahan
maupun masyarakat.
3. Memberantas usaha-usaha yang
membangkitkan kebencian antar agama yang satu
dengan yang lain.
4. Memperbesar pengaruh pro-Hindia dalam pemerintahan.
5. Berusaha untuk mendapatkan persamaan
hak bagi semua orang Hindia
6. Dalam hal pengajaran, kagunaannya harus
ditujukan untuk kepentingan ekonomi
Hindia.
7. Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa
Hindia, terutama dengan mamperkuat
mereka yang ekonominya lemah.
|
Pasal- pasal ini pulalah yang membuktikan bahwa Indische Partij adalah
partai
politik pertama di Indonesia dalam waktu
singkat telah mempunyai 30 cabang dengan
anggota lebih kurang 7000 orang kebanyakan
orang Indonesia.
Akibatnya, permohonan yang diajukan kepada Pemerintah untuk mendapat
pengakuan sebagai badan hukum pada bulan
Maret 1913 ditolak dengan alasan organisasi
ini bersifat politik dan mengancam hendak
merusak keamanan umum.
Kemudian tiga orang tokoh utama Indische partij karena kegiatannya
Mereka itu
adalah Douwas Dekker, Suwardi Suryaningrat
Dr.Cipto Mangun Kusumo selama dalam
pengasingan mereka tetap berusaha untuk
menamkan jiwa nasionalisme dan
menggerakkan orang Indonesia di Negeri
Belanda supaya menuntut Indonesia merdeka.
|
7
|
e-USU Repository ©2005 Universitas
Sumatera Utara
|
BAB IV
PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAl
|
Masa Radikal
Pengaruh perang Dunia
I yang meletus pada tahun 1914 terasa sampai di
Indonesia. Boedi Oetomo mengetengahkan
pentingnya pertahanan sendiri untuk
menghadapi kemungkin bahaya intervensi
uang asing. Kemudian Boedi Oetomo
mengeluarkan :
1. Gagasan wajib militer bagi penduduk
Indonesia.
2. Wajib militer tersebut harus diputuskan
dalam parlemen yang berhak membuat
Undang- undang.
3. Dibentuknya parlemen di Indonesia yang
sampai saat ini belum ada.
|
Gagasan di atas kemudian melahirkan suatu panitia yang bernama
"INDIE
WEERBAAR" (Hindia yang berketahanan).
Utusan Indie weerbaar antara lain
Dwidjosewojo dan Abdul Muis, mereka
dikirim ke Negeri Belanda, tapi mengalami
kegagalan dalam usahanya mendesak
pemerintah Belanda untuk melaksanakan Undang-
undang wajib militer di Indonesia. Akan
tetapi mereka berhasil memperoleh kesediaan
pamerintah untuk membahas soal perwakilan
rakyat.
Pada bulan Desember tahun 1916 undang-undang pembentukan volktsraad
(Dewan
rakyat) disahkan oleh parlemen Bulan Mei
1918, dewan ini dibuka dengan resmi, dengan
jumlah anggota yang berimbang antara
wakil-wakil Belanda dan Indonesia. Sebagian dari
anggota itu ditunjuk oleh pemerintah
tetapi bukan dari partai.
Pada tahun 1917 Boedi Oetomo menetapkan sebuah program politik yang
bercita-
cita membentuk pemerintahan parlementer
yang berazaskan kebangsaan. Disamping itu
juga menghendaki adanya persamaan hak
untuk semua agama. Meskipun pada Perubahan
pandangan. Namun Boedi oetomo tetap tidak
menyetujui aksi-aksi yang bersifat
kekerasan. Tindakan-tindakan itu
memperlihatkan bahwa Boedi Oetomo sudah mulai
bergerek dibidang politik.
Pada tahun 1915 di surabaya didirkan Central syareket Islam (CSI).
Tugasnya
membantu syarekat Islam daerah kearah
kemajuan dan mengatur kerjasama antar
Syarekat Islam daerah.
Pada bulan Juni 1916 di Bandung diadakan suatu kongres nasional
Syarekat
Islam. Dalam kongres ini secara resmi
dipergunakan bahasa Melayu. Sedangkan pada
kongres II di Jakarta, menghendaki dirubah
volksraad menjadi parlemen sejati.
Sebagian kecil pimpinan syarekat Islam menolak ikut serta dalam
volksraad
karena menganggap volksraad hanyalah
sebagai alat kaum kapitalis untuk mengelabui
rakyat.
Kaum sosilis kiri yang bergabung dalam INDISCHE SOCIAL VEREENIGING
(ISDV) didirikan tahun 1914, yang dipimpin
oleh H.J.F.M. Sneevliet, berhasil menyusup
kesyarekat Islam oleh karena tujuanya
bersamaan yaitu membela rakyat kecil dan
menentang kapitalisme tetapi dengan cara
berbeda, mereka berhasil mampengaruhi
tokoh-tokoh Syarekat Islam antara lain
Semaun, Darsono, Tan Malaka dan Alimin
Prawirodirjo. Yang menyebabkan lSDV
melalukan infiltrasi ke dalam tubuh Syarekat
Islam. Hal ini disebabkan :
1. CSI sebagai badan koordinasi pusat
kekuasaannya masih sangat lemah.
|
8
|
e-USU Repository ©2005 Universitas
Sumatera Utara
|
2. Tiap tiap cabang syarekat Islam berdiri sendiri secara bebas.
3. Para pemimpin lokal yang kuat mempunyai
pengaruh yang menentukan di Syarekat
Islam cabang
4. Kondisi kepartaian waktu itu memungkinkan
orang untuk menjadi anggota sekaligus
2 partai.
|
Dengan cara demikian beberapa pemimpin muda Syarekat Islam juga
menjadi
pemimpin di ISDV, terutama Syarikat Islam
Cabang Semarang. Oleh sebab itu orientasi
syarekat Islam Semarang di bawah pengaruh
ISDV mereka menjadi lawan CSI yang
dipimpin oleh HOS Cokroaminoto. Sejak itu
syarekat Islam Semarang berhasil dibawa
kearah komunis Rusia.
Barhasilnya revolusi Rusia tahun 1917, maka kaum komunis lndonesia
tanpa
mempertimbangkan keadaan yang nyata di
Indonesia juga menyerukan Indonesia agar
membuat revolusi. Sementara itu,
ketidakpuasan terhadap volksrood yang dituntut agar
diganti dengan parlemen sejati menimbulkan
masalah-serius di Indonesia. Untuk
meredakan ketegangan, pemerintah Belanda
melalui Gubernur Jenderal Belanda
mengeluarkan suatu pengumuman bulan
November 1918, yang berisi janji untuk
memperbaharui ketatanegaraan di Indonesia.
Maka pada bulan November 1919
dibentuklah komisi Peninjauan kembali.
Hasil komisi ini tidak memuaskan pergerakan Nasional Indonesia. Ketika
keadaan sudah reda, pemerintah mengambil
tindakan keras. orang-orang Belanda yang
radikal diusir dari Indonesia dan beberapa
pemimpin Indonesia ditangkap.
|
A. PERGERAKAN NON-KOOPERASI
Proses radikalisasi
yang terjadi di Indonesia antarlain disebabkan oleh :
1. Timbulnya krisis ekonomi tahun 1921 dan
krisis perushaan gula tahun 1918.
2. Penggantian kepala pemerintahan dengan
Gubernur Jendral Foek yang bersikap
reaksioner,kebijaksaan politiknya sangat mengabaikan rakyat yang
sedang
berkembang.
|
Sikap radikal ini ditandai dengan taktik non-kooperasi dari pihak
partai politi.
Artinya dalam memperjuangkan cita-citanya
mereka tidak mau bekerjasama dengan
pemerintah Belanda. Semua hal untuk
mempecepat cita-cita yang diusahakan sendiri,
antara lain memperkokoh persatuan nasional
memajukan pendidikan, meningkatkan
kegiatan kegiatan sosial untuk
mensejahterakan rakyat. Mereka juga tidak mau memasuki
dewan perwakilan rakyat yang dibentuk
pemerintah kolonial baik daerah maupun pusat .
Sikap ini di dukung oleh partai-partai politik yang sangat berpengaruh
seperti:
|
A. Indisehe Vereniging
Didirikan oleh orang-orang Indonesia yang
tinggal di Negeri Belanda antara lain
Sutan Kasayangan, R. M. Noto Sutoto. Pada
awalnya hanya bersifat organisasi sosioal
yang bertujuan mengurus kepentingan
bersama orang-orang perantauan Indonesia. Tapi
sejak tibanya tiga serangkai ke Negeri
Belanda, membangkitkan semangat nasionalisme
menjadi nyata. Mereka mengganti nama
menjadi PERHIMPUNAN
INDONESIA (PI)
pada tahun 1925 dan majalah mereka Hindia
Putra menjadi INDONESIA
MERDEKA
tahun 1923.
|
9
|
e-USU Repository ©2005 Universitas
Sumatera Utara
|
Aktifnya Ahmad
Soebarjo dan Moh.Hatta yang masing masing pernah mengetuai
PI, maka kegiatan politik mereka mendapat
perhatian Internasional. Dalam kongres Liga
Demokrasi Internasional untuk perdamaian
pada bulan Agustus 1926 di Paris, Moh.Hatta
dengan tegas menuntut kemerdekaan
Indonesia Pada kongres liga berikutnya bulan
Pebruari 1927 di Berlin diambil keputusan
untuk mendukung kemerdekaan Indonesia
dengan segala upaya. Aktifitas PI di Eropa
yang semakin kuat, maka pemerintah Belanda
membuat tuduhan-tuduhan dan melakukan
penggeledahan terhadap pemimpin PI Di
tanah air sendiri mulai tumbuh organisasi
yang diilhami oleh perjuangan PI seperti
Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia
(PPPI) tahun 1926, Partai Nasional Indonesia
(PNI) tahun 1927 dan Yong Indonesia
(Pemuda Indonesia) tahun 1928.
|
B. Kongres Syarekat Islam Maret 1921 di Yogyakarta, Haji Facruddin sebagai wakil
ketua Muhammadyah mengedarkan brosur yang
menyatakan bahwa Pan-Muslim tidak
mungkin bekerjasama dengan komunis.
Akhirnya atas desakan-desakan keras dari tokoh-tokoh Syarekat Islam
seperti
Abdul Muis dan Agus Salim maka
cabang-cabang Syarekat Islam yang terpengaruh PKI
memisahkan diri. Dalam kongres bulan
Pebruari 1928 di Madiun, diganti nama CSI
menjadi Partai Syarekat Islam (PSI). Sikap
Non-Kooperasi dengan pemerintah Belanda
tetap dijalankan.
|
C. Berdirinya Partai komunis Indonesia (PKI) bulan Mei 1920, yang merupakan jelmaan
ISDV, tidak membawa perubahan dalam
politik.
Syarekat Islam Merah dibawah pengaruh PKI berganti nama menjadi
Syarekat
Rakyat. Hadirnya PKI dikancah politik
Indonesia merbawa dampak besar, PKI tidak
segan-segan menggunakan segala macam cara
untuk mencapai tujuannya. Pada tahun
1927-1927, PKI mengadakan pemberontakan
Jakarta disusul dengan Jawa Barat, Jawa
Tengah dan di Jawa Timur. Pemberontakan
gagal karena merasa belum siap.
|
Segalanya itu dapat dicapai dengan :
1. Usaha politik,
memperkuat rasa kebangsaan (nasianolisme )
2. Usaha ekonomi,
memajukan perdagangan pribumi, kerajinan, bank dsb
3. Usaha Sosial,
mengadakan pengajaran, meningkatkan derajat kaum wanita, transmigrasi
dsb
|
Nasionalisme melalui persatuan rakyat ditekankan oleh PNI sangat
berpengaruh,
di cabang-cabang PNI tumbuh dengan pesat.
Issu bahwa PNI akan mengadakan
pemberontakan pada tahun 1030 menyebabkan
Ir.Soekarno cs ditangkap di Yogyakarta
dan dibawa ke Bandung.
Penangkapan ini mendapat reaksi keras diseluruh cabang PNI Pengadilan
terhadap Ir.Soekarno, R.Gatot Mangkupraja,
Maskun Sumadiredja merupakan sejarah
besar bagi PNI dan keempat pemimpin PNI
itu dijatuhi hukuman penjara. Atas inisiatif
Mr.Sartono, PNI dibubarkan pada tanggal 25
April 1931.
|
10
|
e-USU Repository ©2005 Universitas
Sumatera Utara
|
B. PERGERAKAN KOOPERASI
Setelah PNI dibubarkan maka berdirilah
partindo (Partai Rakyat Indonesia) yang
diketuai oleh Mr.Sartono. Tujuannya tetap
yaitu mencapai Indonesia Merdeka. Anggota-
anggota yang tidak setuju dengan Partindo,
mereka mendirikan partai baru yaitu
PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA (PNI-BARU)
di bawah pimpinan Moh.Hatta.
Kegiatan kedua partai ini membuat
pemerintah Belanda kuatir dan akhirnya membuang
pemimpin-pemimpin PNI-BARU dan PARTINDO.
Dibentuknya Partai baru yaitu Partai Indonesia Raya (FARINRA), yang
merupakan hasil gabungan antara Boedi
Oetomo dan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI)
pada tgl 26 Desember 1935 di Solo yang
diketuai oleh Dr.Soetomo dengan Surabaya
sebagai pusatnya.
Terhadap kolonial Belanda Parinra bersifat netral, oleh karena itu
Parinra
mempunyai wakil di Volksraad dan mengambil
sikap sesuai dengan situasi sidang.
Parinra berusaha memajukan kaum tani
dengan mendirikan rukun tani membentuk
syarekat-syarekat kerja serta mendirikan BANK NASIONAL
INOONESIA .
|
C. PERJUANGAN DI VOLKSRAAD
Dengan ditangkapnya pemimpin-pemimpin PNI
dan dibentuknya Vaderlandse
Club, maka dibentuk reaksi baru yang
didirikan di Jakarta pada tahun 1930 yang
beranggotakan 10 orang yang mewakili Jawa,
Sumatera dan Kalimantan. Tujuanya tetap
yaitu untuk mencapai Indenesia merdeka,
nasional dalam waktu sesingkat-singkatnya
dengan jalan:
- Mengusahakan perubahan ketatanegaraan
- Berusaha menghapuskan
perbedaan-perbedaan politik, ekonomi, intelektual sebagai
antithesa kolonial.
- Mengusahakan kedua hal tersebut dengan
cara-cara yang tidak bertentangan dengan
hukum.
|
Usaha ini diwujudkan dengan keluarnya PETISI SOEDTARJO pada bulan Juli
di
sidang Volksraad yang berisi:
- Volksraad dijadikan parlemen
sesungguhnya
- Dibentuknya Dewan Kerajaan (Rijksraad)
sebagai badan tertinggi antara Negeri
Belanda dengan Indonesia.
- Penduduk Indonesia adalah orang-orang
yang karena kelahiran, asal-usul dan cita-
citanya memihak Indonesia.
|
Dua tahun setelah diajukan, petisi itu ditolak dengan alasan Indonesia
belum
sanggup. Kecewa dengan keputuan itu
terbentuk GABUNGAN POLITIK INDONESIA
(GAPI). Dengan semboyan Indonesia
berpalemen, yang menuntut adanya dewan
perwakilan rakyat yang berdasarkan kepada
sendi-sendi Demokrasi.
Mendukung tuntutan ini GAPI menetapkan Merah Putih sebagai bendera
Indonesia dan Indonesia Raya menjadi Lagu
Kebangsaan, Usaha-usaha ini mendapat
tantangan keras dari pemerintah kolonial.
Sampai pada akhirnya Jepang yang bekerjasama dengan NAZI- Jerman
memenangkan perang sehingga memaksa
Belanda keluar dari Indonesia. Indonesia
masuk ketangan Jepang yang berjanji
mengadakan perbaikan, dengan semboya
|
11
|
e-USU Repository ©2005 Universitas
Sumatera Utara
|
"PEMBEBASAN BANGSA-BANGASA ASIA DARI PENJAJAHAN BANGSA
BARAT" denqan demikian berakhirlah
masa penjajahan Belanda di Indonesia.
|
BAB
VI
KESIMPULAN
Dengan pengalaman sejarah yang dipaparkan
pada makalah singkat ini, jelaslah
bahwa kolonialisme dan imprealisme merusak
seluruh sendi-sendi masyarakat yang
dijajah. Penjajahan tidak sesuai dengan
Pri kemanusiaan.
Perlawanan bangsa Indonesia dari sejak dahulu memberikan kita
pelajaran yang
sangat berharga bahwa persatuan dan
kesatuan sangat panting bagi keutuhan suatu
bangsa. kita akan mudah dihancurkan
apabila kita terpecah belah. Pergerakan nasional
yang membangkitkat, semangat nasionalisme
memegang peranan penting bagi
tercapainya kemerdekaan Indonesia.
Dalam perjalanan sejarah kita juga dapat menyadari bahwa tantangan
bukan saja
datang dari luar negri tapi juga dari
dalam negeri seperti masuknya paham komunis yang
dapat merusak niai-nilai luhur bangsa
Indonesia, hal itu patut diwaspadai seluruh rakyat
Indonesia.
Perjuangan bangsa Indonesia belum selesai, pada saat ini kita harus
berjuang
mengisi kemerdekaan itu untuk mencapai
cita-cita nasional Masyarakat Adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.
|
DAFTAR BACAAN
|
HALL, D.G .E., SEJARAH ASIA TENGGARA, Kuala Lumpur
|
Percetakan Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1979.
|
Kahin, George Mc.Turman, Nationalism and
Revolution indonesia, Ithaca: Cornell
University Press, 1952.
|
LEGGE, J.D., Indonesia, Kuala Lumpur:
Percetakan Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1981.
|
Pringgodigdo,A.K., Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta: Pustaka Rakyat,
1960.
|
Gartono Kartodirdjo, Sejarah Nasional Indonesia Jilid V Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1970.
|
-------------, Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI, Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1975.
|
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru:
Nasional Jilid 2, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992.
|
Sejarah Pergerakan
|
12
|
e-USU Repository ©2005 Universitas
Sumatera Utara
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar