PERANG TELUK IRAK VS KUWAIT
1990 -1991
Invasi Irak ke Kuawit memicu terjadinya perang Teluk karena
invasi ini direspon oleh Amerika Serikat
dan negara-negara sekutunya dengan operasi militer terhadap Irak dalam usaha
pembebasan Kuawit. Setelah peperangan melawan Iran yang diakhiri dengan
genjatan senjata pada Agustus 1998, Irak
sudah hampir bangkrut, belum lagi hutan besarnya pada Arab Saudi dan
Kuwait.Irak mendesak kedua negara itu menghapuskan hutang itu, tetapi meraka
menolaknya.
Jatuhnya harga minyak berdampak buruk terhadap perekonomian
Irak. Pemerintah Irak menyebutnya sebagai bentuk perang ekonomi dan menuduh
tindakan Kuawit telah memperparah perang ekonomi itu. Irak mengencam Kuawit
yang memproduksi minyak melebihi kuota OPEC. Irak juga menuduh Kuawit
melakukan”pengeboran miring” melintasi perbatasan Irak, dan mengambil minyak
dari tanah Irak. Selain itu, Irak menyatakan Kuawit sebagai bagian dari
provinsi Basar dari Kekaisaran Ottoman, sehingga masih merupakan bagian dari
negara Irak. Walaupun Inggris telah memecah kedua negara pada 1899, Irak tetap
tidak bersedia mengakui pemerintahan
Kuwait sampai 1963.
Pada
awal Juli 1990, Irak mengeluhkan perilaku Kuawit yang tidak menghormati kouta
mereka, dan secara terbuka mengancam akan mengambil tindakan miliiter. Pada 31
Juli, negosiasi antara pemerintahan Irak dan Kuwait menemui jalan buntu. Pada 2
Agustus 1990, Irak melancarkan invasinya
ke Kuwait dengan pesawat tempurnya, dan mengebom ibu kota Kuwait. Irak juga
menurunkan divisi militer lain untuk merebut bandara dan pangkalan militer
Kuawit. Hanya 2 hari pertempuran,
sebagian besar angkatan bersenjata Kuawit telah dikalahkan.
Dunia pun terguncang oleh aksi militer Irak. Di hari invasi
itu Dewan Keamanan PBB langsung menuntut Irak agar segera mundur. Raja Fahd
dari Arab Saudi yang takud negaranya akan menjadi sasaran invasi Irak
berikutnya segera meminta bantuan dunia dan menawarkan pangkalan udara dan
fasilitas militernya. Amerika Serikat menyambut permintaan Raja Fahd dengan
segera memulai mobilisasi kekuatan militernya dengan mengirimkan 48 pesawat
tempurnya F-15. Sebagai reaksi terhadap tindakan Amerika, Presiden Irak, Saddam
Hussien, mengumumkan Kuawit sebagai provinsi Irak Ke-19 dan mengankat sepupunya,
Ali Hassan al-Majid, sebagai Gubenur Kuawit.
Beberapa Resolusi PBB
dikeluarkan mengecam dan memberi sanksi ekonomi kepada Irak. Salah satu
resolusi paling penting di sahkan pada 29 November 1990 yang memberikan tenggat
waktu penarikan Irak dari Kuawit hingga 15 Januari 1991, jika tidak
dilaksanakan maka akan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar