BAB 5. MUNCUL DAN BERKEMBANGNYA
PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
Daftar isi
|
MUNCUL
DAN BERKEMBANGNYA PERGERAKAN
NASIONALINDONESIA
Tentu kalian masih ingat bukan dengan
penderitaan rakyat pada masa kolonial Belanda? Penderitaan rakyat itu
diakibatkan adanya berbagai kebijakan kolonial yang merugikan rakyat Indonesia.
Bagaimana perasaan kalian jika melihat rakyat kecil ditindas oleh penjajah?
Tentu merasa sakit dan ingin memberontak, bukan? Demikian halnya yang dialami
oleh para mahasiswa dan pemuda masa itu. Mereka, khususnya mahasiswa STOVIA
berusaha mengadakan perlawanan dengan cara yang halus mengingat cara
pertempuran fisik selalu mengalami kegagalan. Berangkat dari kesadaran dan
kemauan untuk melawan, maka mulai muncul berbagai organisasi pergerakan.
Meskipun masing-masing organisasi memiliki asas dan cara perjuangan yang
berbedabeda, mereka tetap mempunyai satu tujuan yaitu mencapai kemerdekaan.
Kebulatan tekad para pemuda untuk bersatu mencapai puncaknya dengan
dicetuskannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Dapatkah kalian menyebutkan isi
Sumpah pemuda 28 Oktober 1928?
A. Latar
Belakang Tumbuhnya Kesadaran Nasional
Perasaan akan timbulnya nasionalisme
bangsa Indonesia telah tumbuh sejak lama, bukan secara tiba-tiba. Nasionalisme
tersebut masih bersifat kedaerahan, belum bersifat nasional. Nasionalisme yang
bersifat menyeluruh dan meliputi semua wilayah Nusantara baru muncul sekitar
awal abad XX. Lahirnya nasionalisme bangsa Indonesia didorong oleh dua faktor,
baik faktor intern maupun faktor ekstern.
1. Faktor Intern
a.
Sejarah Masa Lampau yang Gemilang
Indonesia sebagai bangsa telah mengalami zaman nasional pada masa kebesaran Majapahit dan Sriwijaya. Kedua kerajaan tersebut, terutama Majapahit memainkan peranan sebagai negara nasional yang wilayahnya meliputi hampir
seluruh Nusantara. Kebesaran ini
membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk senantiasa dapat
menikmati kebesaran itu. Hal ini dapat menggugah perasaan nasionalisme golongan
terpelajar pada dekade awal abad XX.
b . Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan
Bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan
yang panjang dan menyakitkan sejak masa Portugis. Politik devide et impera,
monopoli perdagangan, sistem tanam paksa, dan kerja rodi merupakan bencana bagi
rakyat Indonesia. Penderitaan itu menjadikan rakyat Indonesia muncul kesadaran
nasionalnya dan mulai memahami perlunya menggalang persatuan. Atas prakarsa
para kaum intelektual, persatuan itu dapat diwujudkan dalam bentuk perjuangan
yang bersifat modern. Perjuangan tidak lagi menggunakan kekuatan senjata tetapi
dengan menggunakan organisasi-organisasi pemuda.
c . Pengaruh Perkembangan Pendidikan
Barat di Indonesia
Perkembangan sistem pendidikan pada
masa Hindia Belanda tidak dapat dipisahkan dari politik etis. Ini berarti bahwa
terjadinya perubahan di negeri jajahan (Indonesia) banyak dipengaruhi oleh
keadaan yang terjadi di negeri Belanda. Tekanan datang dari Partai Sosial
Demokrat yang di dalamnya ada van Deventer. Pada tahun 1899, Mr. Courad
Theodore van Deventer melancarkan kritikan-kritikan yang tajam terhadap
pemerintah penjajahan Belanda. Kritikan itu ditulis dan dimuat dalam jurnal
Belanda, de Gids dengan judul Een eereschuld yang berarti hutang budi atau
hutang kehormatan. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa kekosongan kas
negeri Belanda telah dapat diisi kembali berkat pengorbanan orang-orang
Indonesia. Oleh karena itu, Belanda telah berhutang budi kepada rakyat
Indonesia. Untuk itu harus dibayar dengan peningkatan kesejahteraan melalui
gagasannya yang dikenal dengan Trilogi van Deventer. Apakah kalian masih ingat
dengan isi Trilogi van Deventer? Politik yang diperjuangkan dalam rangka
mengadakan kesejahteraan rakyat dikenal dengan nama politik etis. Untuk
mendukung pelaksanaan politik etis, pemerintah Belanda mencanangkan Politik
Asosiasi dengan semboyan unifikasi. Politik Asosiasi berkaitan dengan sikap
damai
dan menciptakan hubungan harmonis
antara Barat (Belanda) dan Timur (rakyat pribumi). Dalam bidang pendidikan,
tujuan Belanda semula adalah untuk mendapatkan tenaga kerja atau pegawai
murahan dan mandor-mandor yang dapat membaca dengan gaji yang murah. Untuk
kepentingan tersebut Belanda mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat pribumi.
Dengan demikian, jelaslah bahwa pelaksanaan politik etis tidak terlepas dari
kepentingan pemerintah Belanda. Sistem pengajaran kolonial dibagi dalam dua
jenis yaitu pengajaran pendidikan umum dan pengajaran kejuruan. Keduanya
diselenggarakan untuk tingkat menengah ke atas. Berikut ini contoh-contoh
sekolah yang didirikan pada zaman kolonial Belanda. Lihat tabel 5.1.
Tabel 5.1 Pendidikan yang Berkembang Pada Masa
Kolonial
d . Pengaruh
Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia
Perkembangan pendidikan di Indonesia juga banyak diwarnai oleh pendidikan yang dikelola umat Islam. Ada tiga macam jenis pendidikan Islam di Indonesia yaitu pendidikan di surau atau langgar, pesantren, dan madrasah. Walaupun dasar pendidikan dan pengajarannya berlandaskan ilmu pengetahuan agama Islam, mata pelajaran umum lainnya juga mulai disentuh. Usaha pemerintah kolonial Belanda untuk memecah belah dan Kristenisasi tidak mampu meruntuhkan moral dan iman para santri. Tokoh-tokoh pergerakan nasional dan pejuang muslim pun bermunculan dari lingkungan ini. Banyak dari mereka menjadi penggerak dan tulang punggung perjuangan kemerdekaan. Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah kaum muslim ternyata merupakan salah satu unsur penting untuk menumbuhkan semangat nasionalisme Indonesia. Para pemimpin nasional yang bercorak Islam akan sangat mudah untuk memobilisasi kekuatan Islam dalam membangun kekuatan bangsa.
e . Pengaruh Perkembangan Pendidikan Kebangsaan di Indonesia
Berkembangnya sistem pendidikan Barat
melahirkan golongan terpelajar. Adanya diskriminasi dalam pendidikan kolonial
dan tidak adanya kesempatan bagi penduduk pribumi untuk mengenyam pendidikan,
mendorong kaum terpelajar untuk mendirikan sekolah untuk kaum pribumi. Sekolah
ini juga dikenal sebagai sekolah kebangsaan sebab bertujuan untuk menanamkan
rasa nasionalisme di kalangan rakyat dan mencetak generasi penerus yang
terpelajar dan sadar akan nasib bangsanya. Selain itu sekolah tersebut terbuka
bagi semua
masyarakat pribumi dan tidak membedakan dari
kalangan mana pun. Tokoh-tokoh pribumi yang mendirikan sekolah kebangsaan
antara lain Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa, Douwes Dekker mendirikan
Ksatrian School, dan Moh. Syafei mendirikan perguruan Indonesische
Nederlandsche School Kayu Tanam (INS Kayu Tanam). Berikut ini akan dibahas
sekolah-sekolah kebangsaan tersebut.
1 ) Taman Siswa
Taman Siswa didirikan oleh Suwardi
Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922. Tujuan
didirikannya Taman Siswa adalah untuk mendidik dan menggembleng golongan muda
serta menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat antipenjajahan. Taman Siswa
berperan dalam menumbuhkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Meskipun
menggunakan sistem pendidikan modern Belanda, tetapi Taman Siswa tidak
mengambil kepribadian Belanda. Dengan demikian, anak didiknya tidak kehilangan
jati diri sebagai bangsa Indonesia. Para guru Taman Siswa berasal dari para
aktivis pergerakan nasional. Taman Siswa memiliki tiga semboyan dalam
melaksanakan proses pendidikan. Semboyan tersebut berasal dari bahasa Jawa dan
mempunyai arti filosofi tentang peranan seseorang. Berikut ini ketiga semboyan
tersebut. Lihat tabel 5.2.
Tabel 5.2 Tiga Semboyan Taman Siswa
2 ) Ksatrian School
Ksatrian Institut atau Ksatrian School
didirikan di Bandung pada tahun 1924 oleh Douwes Dekker atau Danudirjo
Setyabudi. Tujuan Ksatrian School adalah untuk memberi kesempatan belajar yang
lebih baik dan luas kepada anak-anak bumi putera. Selain itu untuk menumbuhkan
rasa harga diri manusia dan kepercayaan kepada diri sendiri sebagai bangsa yang
merdeka. Semboyan yang dipakai adalah “Mengabdi Masa depan Rakyat.”
3 ) INS Kayu Tanam
INS Kayu Tanam didirikan oleh Mohammad Syafei
pada tanggal 31 Oktober 1926. Tujuannya adalah untuk mendidik dan menanamkan
tradisi semangat kerja dan kemandirian. Dengan kemandirian tersebut diharapkan
golongan pemuda dapat menyadari akan arti pentingnya semangat nasionalisme
sebagai modal perjuangan kemerdekaan. Asas INS Kayu Tanam adalah menolong diri
sendiri.
f . Dominasi Ekonomi Kaum Cina di Indonesia
Kaum pedagang keturunan nonpribumi, khususnya
kaum pedagang Cina semakin membuat kesal para pedagang pribumi. Puncak
kekesalan kaum pedagang pribumi terjadi ketika keturunan Cina mendirikan
perguruan sendiri yakni Tionghoa Hwee Kwan pada tahun 1901. Kekesalan tersebut
diciptakan oleh Belanda untuk menimbulkan rasa iri hati rakyat Indonesia kepada
keturunan Cina. Cina diberi kesempatan untuk menguasai bisnis eceran,
pertokoan, dan menjadi kolektor pajak dari pemerintah Belanda. Akibatnya kaum
Cina menjadi lebih agresif. Peristiwa itu membangkitkan persatuan yang kokoh di
antara sesama pedagang pribumi untuk menghadapi secara bersama pengaruh dari
pedagang Cina.
g . Peranan Bahasa Melayu
Di samping mayoritas beragama Islam,
bangsa Indonesia juga memiliki bahasa pergaulan umum (Lingua Franca) yakni
bahasa Melayu. Dalam perkembangannya, bahasa Melayu berubah menjadi bahasa
persatuan nasional Indonesia. Dengan posisi sebagai bahasa pergaulan, bahasa
Melayu menjadi sarana penting untuk menyosialisasikan semangat kebangsaan dan
nasionalisme ke seluruh pelosok Indonesia.
h. Istilah Indonesia sebagai Identitas
Nasional
Istilah ‘Indonesia‘ berasal dari kata India
(bahasa Latin untuk Hindia) dan kata nesos (bahasa Yunani untuk kepulauan),
sehingga kata Indonesia berarti Kepulauan Hindia. Istilah Indonesia,
Indonesisch dan Indonesier makin tersebar luas pemakaiannya setelah banyak
dipakai oleh kalangan ilmuwan seperti G.R. Logan, Adolf Bastian, van Vollen
Hoven, Snouck Hurgronje, dan lain-lain. Dalam tabel berikut akan diuraikan
perkembangan penggunaan istilah Indonesia. Lihat tabel 5.3.
Tabel 5.3 Perkembangan Penggunaan Istilah
Indonesia
Timbulnya pergerakan nasional
Indonesia di samping disebabkan oleh kondisi dalam negeri, juga ada faktor yang
berasal dari luar (ekstern). Berikut ini faktor-faktor ekstern yang memberi
dorongan dan energi terhadap lahirnya pergerakan nasional di Indonesia.
a. Kemenangan Jepang atas Rusia
Selama ini sudah menjadi suatu anggapan umum
jika keperkasaan Eropa (bangsa kulit putih) menjadi simbol superioritas atas
bangsa-bangsa lain dari kelompok kulit berwarna. Hal itu ternyata bukan suatu
kenyataan sejarah. Perjalanan sejarah dunia menunjukkan bahwa ketika pada tahun
1904-1905 terjadi peperangan antara Jepang melawan Rusia, ternyata yang keluar
sebagai pemenang dalam peperangan itu adalah Jepang. Hal ini memberikan
semangat juang terhadap para pelopor pergerakan nasional di Indonesia.
b . Partai Kongres India
Dalam melawan Inggris di India, kaum
pergerakan nasional di India membentuk All India National Congress (Partai
Kongres India), atas inisiatif seorang Inggris Allan Octavian Hume pada tahun
1885. Di bawah kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini kemudian menetapkan
garis perjuangan yang meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha, dan Hartal. Keempat
ajaran Ghandi ini, terutama Satyagraha mengandung makna yang memberi banyak
inspirasi terhadap perjuangan di Indonesia.
c . Filipina di bawah Jose Rizal
Filipina merupakan jajahan Spanyol
yang berlangsung sejak 1571 – 1898. Dalam perjalanan sejarah Filipina muncul
sosok tokoh yang bernama Jose Rizal yang merintis pergerakan nasional dengan
mendirikan Liga Filipina. Pada tahun 1892 Jose Rizal melakukan perlawanan bawah
tanah terhadap penindasan Spanyol. Tujuan yang ingin dicapai adalah bagaimana
membangkitkan nasionalisme Filipina dalam menghadapi penjajahan Spanyol. Dalam
perjuangannya Jose Rizal dihukum mati pada tanggal 30 Desember 1896, setelah
gagal dalam pemberontakan Katipunan. Sikap patriotisme dan nasionalisme yang
ditunjukkan Jose Rizal membangkitkan semangat rela berkorban dan cinta tanah
air bagi para cendekiawan di Indonesia.
d . Gerakan Nasionalisme Cina
Dinasti Manchu (Dinasti Ching)
memerintah di Cina sejak tahun 1644 sampai 1912. Dinasti ini dianggap dinasti
asing oleh bangsa Cina karena dinasti ini bukan keturunan bangsa Cina. Masuknya
pengaruh Barat menyebabkan munculnya gerakan rakyat yang menuduh bahwa Dinasti
Manchu sudah lemah dan bekerja sama dengan imperialis Barat. Oleh karena itu
muncul gerakan rakyat Cina untuk menentang penguasa asing yaitu para imperialis
Barat dan Dinansti Manchu yang juga dianggap penguasa asing. Munculnya gerakan
nasionalisme Cina diawali dengan terjadinya pemberontakan Tai Ping (1850 –
1864) dan kemudian disusul oleh pemberontakan Boxer. Gerakan ini ternyata
berimbas semangatnya di tanah air Indonesia.
e .
Gerakan Turki Muda
Gerakan nasionalisme di Turki pada tahun 1908 dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha. Gerakannya dinamakan Gerakan Turki Muda. Ia menuntut adanya pembaruan dan modernisasi di segala sektor kehidupan masyarakatnya. Gerakan Turki Muda memberikan pengaruh politis bagi pergerakan bangsa Indonesia sebab mengarah pada pembaruan-pembaruan dan modernisasi.
B. Perkembangan Pergerakan Nasional
Masa pergerakan nasional di Indonesia
ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi pergerakan. Masa pergerakan
nasional (1908 - 1942), dibagi dalam tiga tahap berikut.
1. Masa pembentukan (1908 - 1920)
berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij.
2. Masa radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
3. Masa moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan
2. Masa radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
3. Masa moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan
1. Budi Utomo (BU)
Pada tahun 1906 Mas Ngabehi Wahidin
Sudirohusodo, merintis mengadakan kampanye menghimpun dana pelajar (Studie
Fund) di kalangan priyayi di Pulau Jawa. Upaya dr. Wahidin ini bertujuan untuk
meningkatkan martabat rakyat dan membantu para pelajar yang kekurangan dana.
Dari kampanye tersebut akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri organisasi
Budi Utomo dengan ketuanya Dr. Sutomo. Organisasi Budi Utomo artinya usaha
mulia. Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya
adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini
terlihat dari tujuan yang hendak dicapai yaitu perbaikan pelajaran di
sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yang mengumpulkan tunjangan untuk
kepentingan belanja anak-anak bersekolah, membuka sekolah pertanian, memajukan
teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan kebudayaan bumi putera, dan
menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai kehidupan rakyat
yang layak.
Kongres Budi Utomo yang pertama
berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 3 Oktober – 5 Oktober 1908. Kongres ini
dihadiri beberapa cabang yaitu Bogor, Bandung, Yogya I, Yogya II, Magelang,
Surabaya, dan Batavia. Dalam kongres yang pertama berhasil diputuskan beberapa
hal berikut.
a. Membatasi jangkauan geraknya
kepada penduduk Jawa dan Madura.
b. Tidak melibatkan diri dalam politik.
c. Bidang kegiatan adalah bidang pendidikan dan budaya.
d. Menyusun pengurus besar organisasi yang diketuai oleh R.T. Tirtokusumo.
e. Merumuskan tujuan utama Budi Utomo yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa.
Terpilihnya R.T. Tirtokusumo yang
seorang bupati sebagai ketua rupanya dimaksudkan agar lebih memberikan kekuatan
pada Budi Utomo. Kedudukan bupati memberi dampak positif dalam rangka
menggalang dana dan keanggotaan dari Budi Utomo. Untuk usaha memantapkan
keberadaan Budi Utomo diusahakan untuk segera mendapatkan badan hukum dari
pemerintah Belanda. Hal ini terealisasi pada tanggal 28 Desember 1909, anggaran
dasar Budi Utomo disahkan. Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul
dua aliran berikut.
a. Pihak kanan, berkehendak supaya
keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja, tidak bergerak dalam
lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah saja.
b. Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
b. Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi
Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr. Cipto Mangunkusumo yang mewakili
kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya gerak Budi Utomo semakin lamban.
Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin lambannya Budi Utomo.
a. Budi Utomo cenderung memajukan
pendidikan untuk kalangan priyayi daripada penduduk umumnya.
b. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda dari pada kepentingan rakyat Indonesia.
c. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan kaum terpelajar tersisih.
b. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda dari pada kepentingan rakyat Indonesia.
c. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan kaum terpelajar tersisih.
Ketika meletus Perang Dunia I tahun
1914, Budi Utomo mulai terjun dalam bidang politik. Berikut ini beberapa bentuk
peran politik Budi Utomo.
a. Melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri dari serangan bangsa lain.
b. Menyokong gagasan wajib militer pribumi.
c. Mengirimkan komite Indie Weerbaar ke Belanda untuk pertahanan Hindia.
d. Ikut duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat).
e. Membentuk Komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota volksraad.
a. Melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri dari serangan bangsa lain.
b. Menyokong gagasan wajib militer pribumi.
c. Mengirimkan komite Indie Weerbaar ke Belanda untuk pertahanan Hindia.
d. Ikut duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat).
e. Membentuk Komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota volksraad.
Budi Utomo mampu menerbitkan majalah
bulanan Goeroe Desa yang memiliki kiprah masih terbatas di kalangan penduduk
pribumi. Sejalan dengan kemerosotan aktivitas dan dukungan pribumi pada Budi
Utomo, maka pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai
Indonesia Raya (Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur
dari arena politik.
2. Sarekat Islam (SI)
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah
perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun
1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi
pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan
tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan
SDI masih terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota
yang cukup banyak. Oleh karena itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas
ruang lingkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI
(Sarekat Islam).
Organisasi Sarekat Islam (SI)
didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan
H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam.
Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:
a. perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,
b. isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya, dan
c. membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
a. perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,
b. isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya, dan
c. membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan
anggaran dasarnya adalah:
a. mengembangkan jiwa berdagang,
b. memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran,
c. memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putera,
d. menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
e. tidak bergerak dalam bidang politik, dan
f. menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong menolong.
a. mengembangkan jiwa berdagang,
b. memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran,
c. memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putera,
d. menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
e. tidak bergerak dalam bidang politik, dan
f. menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong menolong.
Kecepatan tumbuhnya SI bagaikan
meteor dan meluas secara horizontal. SI merupakan organisasi massa pertama di
Indonesia. Antara tahun 1917 sampai dengan 1920 sangat terasa pengaruhnya di
dalam politik Indonesia. Untuk menyebarkan propaganda perjuangannya, Sarekat
Islam menerbitkan surat kabar yang bernama Utusan Hindia.
Pada tanggal 29 Maret 1913, para
pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan Gubernur Jenderal Idenburg untuk
memperjuangkan SI berbadan hukum. Jawaban dari Idenburg pada tanggal 29 Maret
1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto tidak diberi badan hukum.
Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah kolonial Belanda (Gubernur
Jenderal Idenburg) justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini suatu taktik
pemerintah kolonial Belanda dalam memecah belah persatuan SI. Bayangan
perpecahan muncul dari pandangan yang berbeda antara H.O.S Cokroaminoto dengan
Semaun mengenai kapitalisme. Menurut Semaun yang memiliki pandangan sosialis,
bergandeng dengan kapitalis adalah haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan
tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota
SI tidak boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain terutama yang
beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah.
a. SI Putih, yang tetap berlandaskan
nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan
Suryopranoto yang berpusat di
Yogyakarta.
b. SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di Semarang.
b. SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di Semarang.
Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih
berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927
berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI
Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung
kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).3. Indische Partij
(IP)
IP didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di
Bandung oleh tokoh Tiga Serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker, Dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat. Pendirian IP ini dimaksudkan untuk mengganti
Indische Bond yang merupakan organisasi orang-orang Indo dan Eropa di
Indonesia. Hal ini disebabkan adanya keganjilan-keganjilan yang terjadi
(diskriminasi) khususnya antara keturunan Belanda totok dengan orang Belanda
campuran (Indo). IP sebagai organisasi campuran menginginkan adanya kerja sama
orang Indo dan bumi putera. Hal ini disadari benar karena jumlah orang Indo
sangat sedikit, maka diperlukan kerja sama dengan orang bumi putera agar
kedudukan organisasinya makin bertambah kuat.
Di samping itu juga disadari betapa
pun baiknya usaha yang dibangun oleh orang Indo, tidak akan mendapat tanggapan
rakyat tanpa adanya bantuan orang-orang bumi putera. Perlu diketahui bahwa
E.F.E Douwes Dekker dilahirkan dari keturunan campuran, ayah Belanda, ibu seorang
Indo. Indische Partij merupakan satu-satunya organisasi pergerakan yang secara
terang-terangan bergerak di bidang politik dan ingin mencapai Indonesia
merdeka. Tujuan Indische Partij adalah untuk membangunkan patriotisme semua
indiers terhadap tanah air. IP menggunakan media majalah Het Tijdschrifc dan
surat kabar ‘De Expres’ pimpinan E.F.E Douwes Dekker sebagai sarana untuk
membangkitkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air Indonesia.
Tujuan dari partai ini benar-benar
revolusioner karena mau mendobrak kenyataan politik rasial yang dilakukan
pemerintah kolonial. Tindakan ini terlihat nyata pada tahun 1913. Saat itu
pemerintah Belanda akan mengadakan peringatan 100 tahun bebasnya Belanda dari
tangan Napoleon Bonaparte (Prancis). Perayaan ini direncanakan diperingati juga
oleh pemerintah Hindia Belanda. Adalah suatu yang kurang pas di mana suatu
negara penjajah melakukan upacara peringatan pembebasan dari penjajah pada
suatu bangsa yang dia sebagai penjajahnya. Hal yang ironis ini mendatangkan
cemoohan termasuk dari para pemimpin Indische Partij. R.M. Suwardi Suryaningrat
menulis artikel bernada sarkastis yang berjudul ‘Als ik een Nederlander was’,
Andaikan aku seorang Belanda. Akibat dari tulisan itu R.M. Suwardi Suryaningrat
ditangkap. Menyusul sarkasme dari Dr. Cipto Mangunkusumo yang dimuat dalam De
Express tanggal 26 Juli 1913 yang diberi judul Kracht of Vrees?, berisi tentang
kekhawatiran, kekuatan, dan ketakutan. Dr. Tjipto pun ditangkap, yang membuat
rekan dalam Tiga Serangkai, E.F.E. Douwes Dekker turut mengkritik dalam
tulisannya di De Express tanggal 5 Agustus 1913 yang berjudul Onze Helden:
Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat, Pahlawan kita: Tjipto
Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat. Kecaman-kecaman yang menentang
pemerintah Belanda menyebabkan ketiga tokoh dari Indische Partij ditangkap.
Pada tahun 1913 mereka diasingkan ke Belanda. Namun pada tahun 1914 Cipto
Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena sakit. Sedangkan Suwardi
Suryaningrat dan E.F.E. Douwes Dekker baru kembali ke Indonesia pada tahun
1919. Suwardi Suryaningrat terjun dalam dunia pendidikan,dikenal sebagai Ki
Hajar Dewantara, mendirikan perguruan Taman Siswa. E.F.E Douwes Dekker juga
mengabdikan diri dalam dunia pendidikan dan mendirikan yayasan pendidikan Ksatrian
Institute di Sukabumi pada tahun 1940. Dalam perkembangannya, E.F.E
DouwesDekkerditangkaplagidandibuang ke Suriname, Amerika Latin.
4. Perhimpunan Indonesia
dan Manifesto Politik
Pada tahun 1908 di Belanda berdiri
sebuah organisasi yang bernama Indische Vereeniging. Pelopor pembentukan
organisasi ini adalah Sutan Kasayangan Soripada dan RM Noto Suroto. Para
mahasiswa lain yang terlibat dalam organisasi ini adalah R. Pandji
Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul Rivai, Radjiman Wediodipuro
(Wediodiningrat), dan Brentel. Tujuan dibentuknya Indische Vereeniging adalah
untuk memajukan kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal dari
Indonesia. Kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto Mangunkusumo
dan Suwardi Suryaningrat, sangat mempengaruhi perkembangan Indische
Vereeniging. Masuk konsep “Hindia
Bebas” dari Belanda, dalam pembentukan negara Hindia yang diperintah oleh
rakyatnya sendiri. Perasaan anti-kolonialisme semakin menonjol setelah ada
seruan Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson tentang kebebasan dalam
menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah (The Right of Self
Determination). Dalam upaya berkiprah lebih jauh, organisasi ini memiliki media
komunikasi yang berupa majalah Hindia Poetra. Pada rapat umum bulan Januari
1923, Iwa Kusumasumantri sebagai ketua baru memberi penjelasan bahwa organisasi
yang sudah dibenahi ini mempunyai tiga asas pokok yang disebut juga Manifesto
Politik, yaitu:
a. Indonesia ingin menentukan nasib
sendiri,
b. agar dapat menentukan nasib sendiri, bangsa Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, dan
c. dengan tujuan melawan Belanda bangsa Indonesia harus bersatu.
b. agar dapat menentukan nasib sendiri, bangsa Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, dan
c. dengan tujuan melawan Belanda bangsa Indonesia harus bersatu.
Kegiatan Indische Vereeniging semakin
tegas dan radikal, dan telah berkembang ke arah politik. Sejalan dengan semakin
meluasnya pemakaian nama Indonesische, dirasa perlu untuk mengubah nama
organisasi menjadi Indonesische Vereeniging pada tahun 1924. Majalah Hindia
Poetra pun ikut berubah nama menjadi Indonesia Merdeka. Melalui rapat pada
tanggal 3 Februari 1925 akhirnya Indonesische Vereeniging diganti menjadi
Perhimpunan Indonesia (PI). Semboyan “Indonesia Merdeka” sudah menjadi slogan
meskipun mengatakannya dengan Bahasa Belanda. Melalui media “Indonesia Merdeka”
dan kegiatan internasional, dunia internasional mengetahui aktivitas perjuangan
para pemuda Indonesia. Berikut ini kegiatan-kegiatan internasional yang diikuti
oleh PI.
a. Mengikuti Kongres ke-6 Liga Demokrasi
Internasional untuk Perdamaian di Paris pada tahun 1926. Delegasi Perhimpunan
Indonesia dipimpin oleh Mohammad Hatta.
b. Mengikuti Kongres I Liga Penentang
Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Berlin pada tahun 1927, mengirimkan
Mohammad Hatta, Nasir Pamuncak, Batot, dan Achmad Subardjo. Dalam perjalanannya
Perhimpunan Indonesia mengalami banyak tekanan dari pemerintah Belanda,
lebih-lebih setelah terjadi pemberontakan Partai Komunis Indonesia pada tahun
1926. Pengawasan dilakukan semakin ketat. Meskipun demikian, pada tanggal 25
Desember 1926 Semaun bersama Mohammad Hatta menandatangani suatu kesepakatan
yang dikenal dengan Konvensi Hatta-Semaun. Dalam kesepakatan itu ditekankan
pada upaya Perhimpunan Indonesia tetap pada garis perjuangan kebangsaan dan
diharapkan PKI dengan ormas-ormasnya tidak menghalang-halangi Perhimpunan
Indonesia dalam mewujudkan
citacitanya. Cita-cita Perhimpunan Indonesia tertuang dalam 4 pokok ideologi
dengan memerhatikan masalah sosial, ekonomi dengan menempatkan kemerdekaan
sebagai tujuan politik yang dikembangkan sejak tahun 1925. Keempat pokok
ideologi tersebut adalah kesatuan nasional, solidaritas, non-kooperasi, dan
swadaya.
5. Partai Komunis Indonesia
(PKI)
Partai Komunis Indonesia (PKI) secara
resmi berdiri pada tanggal 23 Mei 1920. Berdirinya PKI tidak terlepas dari
ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Ia bersama teman-temannya seperti
Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma, mendirikan Indische Social
Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914.
Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun,
Alimin, dan lain-lain. PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam
masyarakat. Salah satu upaya yang ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam
tubuh Sarekat Islam. Infiltrasi dapat dengan mudah dilakukan karena ada
beberapa faktor berikut.
a. Adanya kemelut dalam tubuh SI, di
mana pemerintah Belanda lebih memberi pengakuan kepada cabang Sarekat Islam
lokal.
b. Adanya disiplin partai dalam SI, di mana anggota SI yang merangkap anggota ISDV harus keluar dari SI. Akibatnya SI terpecah menjadi SI Merah dan SI Putih.
b. Adanya disiplin partai dalam SI, di mana anggota SI yang merangkap anggota ISDV harus keluar dari SI. Akibatnya SI terpecah menjadi SI Merah dan SI Putih.
Setelah berhasil menyusup dalam tubuh
SI, jumlah anggota PKI semakin besar. PKI berkembang pesat. Berikut ini ada
beberapa faktor yang menyebabkan PKI berkembang pesat.
a. Propagandanya yang sangat menarik.
b. Memiliki pemimpin yang berjiwa kerakyatan.
c. Pandai merebut massa rakyat yang tergabung dalam partai lain.
d. Sikapnya yang tegas terhadap pemerintah kolonial dan kapitalis.
e. Di kalangan rakyat terdapat harapan bahwa PKI bisa menggantikan Ratu Adil.
a. Propagandanya yang sangat menarik.
b. Memiliki pemimpin yang berjiwa kerakyatan.
c. Pandai merebut massa rakyat yang tergabung dalam partai lain.
d. Sikapnya yang tegas terhadap pemerintah kolonial dan kapitalis.
e. Di kalangan rakyat terdapat harapan bahwa PKI bisa menggantikan Ratu Adil.
Organisasi PKI makin kuat ketika pada
bulan Februari 1923 Darsono kembali dari Moskow. Ditambah dengan tokoh-tokoh
Alimin dan Musso, maka peranan politik PKI semakin luas. Pada tanggal 13
November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan pemberontakan di Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberontakan ini sangat sia-sia
karena massa sama sekali tidak siap di samping organisasinya masih kacau. PKI
telah mengorbankan ribuan orang yang termakan hasutan untuk ikut serta dalam
pemberontakan. Dampak buruk lainnya yang menimpa para pejuang pergerakan di
tanah air adalah berupa pengekangan dan penindasan yang luar biasa dari
pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak punya ruang gerak. Walaupun PKI
dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal mereka masih melakukan
kegiatan politiknya. Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan propaganda untuk
tetap memperjuangkan aksi revolusioner di Indonesia.
6. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Berdirinya partai-partai dalam pergerakan
nasional banyak berawal dari studie club. Salah satunya adalah Partai Nasional
Indonesia (PNI). Partai Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di Bandung pada
tanggal 4 Juli 1927 tidak terlepas dari keberadaan Algemeene Studie Club.
Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh situasi sosio politik yang kompleks.
Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangat untuk menyusun
kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat pendirian
partai ini dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq
Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal berdirinya, PNI
berkembang sangat pesat karena didorong oleh faktor-faktor berikut.
a. Pergerakan yang ada lemah sehingga
kurang bisa menggerakkan massa.
b. PKI sebagai partai massa telah dilarang.
c. Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung Karno).
b. PKI sebagai partai massa telah dilarang.
c. Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung Karno).
Untuk mengobarkan semangat perjuangan
nasional, Bung Karno mengeluarkan Trilogi sebagai pegangan perjuangan PNI.
Trilogi tersebut mencakup kesadaran nasional, kemauan nasional, dan perbuatan
nasional. Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan
tersebut, PNI menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang dengan usaha
sendiri) dan nonmendiancy, sikapnya
terhadap pemerintah juga antipati dan
nonkooperasi. Dasar perjuangannya adalah marhaenisme. Kongres Partai Nasional
Indonesia yang pertama diadakan di Surabaya, tanggal 27 – 30 Mei 1928. Kongres
ini menetapkan beberapa hal berikut.
1. Susunan program yang meliputi:
a. bidang politik untuk mencapai Indonesia merdeka,
b. bidang ekonomi dan sosial untuk memajukan pelajaran nasional.
2. Menetapkan garis perjuangan yang dianut adalah nonkooperasi.
3. Menetapkan garis politik memperbaiki keadaan politik, ekonomi dan sosial dengan kekuatan sendiri, antara lain dengan mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional, perkumpulan koperasi, dan sebagainya.
a. bidang politik untuk mencapai Indonesia merdeka,
b. bidang ekonomi dan sosial untuk memajukan pelajaran nasional.
2. Menetapkan garis perjuangan yang dianut adalah nonkooperasi.
3. Menetapkan garis politik memperbaiki keadaan politik, ekonomi dan sosial dengan kekuatan sendiri, antara lain dengan mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional, perkumpulan koperasi, dan sebagainya.
Peranan PNI dalam pergerakan nasional
Indonesia sangat besar. Menyadari perlunya pernyataan segala potensi rakyat,
PNI memelopori berdirinya Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI). PPPKI diikuti oleh PSII (Partai Sarekat Islam
Indonesia), Budi Utomo, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, Indonesische
Studi Club, dan Algemeene Studie Club. Berikut ini ada dua jenis tindakan yang
dilaksanakan untuk memperkokoh diri dan berpengaruh di masyarakat.
1. Ke dalam, mengadakan usaha-usaha
dari dan untuk lingkungan sendiri seperti mengadakan kursus-kursus, mendirikan
sekolah, bank dan sebagainya.
2. Keluar, dengan memperkuat opini publik terhadap tujuan PNI antara lain melalui rapat-rapat umum dan penerbitan surat kabar Banteng Priangan di Bandung, dan Persatuan Indonesia di Jakarta.
2. Keluar, dengan memperkuat opini publik terhadap tujuan PNI antara lain melalui rapat-rapat umum dan penerbitan surat kabar Banteng Priangan di Bandung, dan Persatuan Indonesia di Jakarta.
Kegiatan PNI ini cepat menarik massa dan hal
ini sangat mencemaskan pemerintah kolonial Belanda. Pengawasan terhadap
kegiatan politik dilakukan semakin ketat bahkan dengan tindakantindakan
penggeledahan dan penangkapan. Dengan berkembangnya desas desus bahwa PNI akan
mengadakan pemberontakan, maka empat tokoh PNI yaitu Ir. Soekarno, R. Gatot
Mangkuprojo, Markun Sumodiredjo, dan Supriadinata ditangkap dan dijatuhi
hukuman oleh pengadilan Bandung. Dalam proses peradilan itu, Ir. Soekarno
dengan kepiawaiannya melakukan pembelaan yang diberi judul “Indonesia
Menggugat”. Penangkapan terhadap para tokoh pemimpin PNI merupakan pukulan
berat dan menggoyahkan keberlangsungan partai. Dalam suatu kongres luar biasa
yang diadakan di Jakarta pada tanggal 25 April 1931, diambil keputusan untuk
membubarkan PNI. Pembubaran ini menimbulkan pro dan kontra. Mr. Sartono
kemudian mendirikan Partindo. Mereka yang tidak setuju dengan pembubaran masuk
dalam Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru) yang didirikan oleh Drs.
Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir. Baik Partindo maupun PNI Baru, masih memakai
asas PNI yang lama yaitu self help dan nonkooperasi. Namun di antara keduanya
terdapat perbedaan dalam hal strategi perjuangan. PNI Baru lebih mengutaman
pendidikan politik dan sosial, sedangkan Partindo mengutamakan aksi massa
sebagai senjata yang tepat untuk mencapai kemerdekaan.
7. Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
7. Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
PPPKI dibentuk di Bandung pada
tanggal 17 - 18 Desember 1927. Beranggotakan organisasi-organisasi seperti
Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Budi Utomo (BU), PNI, Pasundan,
Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Kaum Studi Indonesia. Tujuan dibentuknya
PPPKI yaitu:
a. menghindari segala perselisihan di antara anggota-anggotanya;
b. menyatukan organisasi, arah, serta cara beraksi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia; dan
c. mengembangkan persatuan kebangsaan Indonesia.
a. menghindari segala perselisihan di antara anggota-anggotanya;
b. menyatukan organisasi, arah, serta cara beraksi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia; dan
c. mengembangkan persatuan kebangsaan Indonesia.
Pembentukan organisasi PPPKI sebagai
ide persatuan sejak awal mengandung benih-benih kelemahan dan keretakan.
Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan keretakan tersebut.
a. Masing-masing anggota lebih mementingkan loyalitas pada masing-masing kelompoknya.
b. Kurangnya kontrol pusat terhadap aktivitas lokal.
c. Perbedaan gaya perjuangan di antara organisasi-organisasi anggota PPKI tersebut.
a. Masing-masing anggota lebih mementingkan loyalitas pada masing-masing kelompoknya.
b. Kurangnya kontrol pusat terhadap aktivitas lokal.
c. Perbedaan gaya perjuangan di antara organisasi-organisasi anggota PPKI tersebut.
8. Partai Indonesia (Partindo)
Ketika Ir. Soekarno yang menjadi
tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun 1929, maka PNI pecah menjadi dua yaitu
Partindo dan PNI Baru. Partindo didirikan oleh Sartono pada tahun 1929. Sejak
awal berdirinya Partindo memiliki banyak anggota dan terjun dalam aksi-aksi
politik menuju Indonesia Merdeka. Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu
nasional. Tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka. Asasnya pun juga sama
yaitu self help dan nonkooperasi. Partindo semakin kuat setelah Ir. Soekarno
bergabung ke dalamnya pada tahun 1932, setelah dibebaskan dari penjara. Namun,
karena kegiatan-kegiatannya yang sangat radikal menyebabkan pemerintah
melakukan pengawasan yang cukup ketat. Karena tidak bisa berkembang, maka tahun
1936 Partindo bubar.
9. Partai Indonesia Raya
(Parindra)
Perjuangan radikal yang dilakukan oleh PKI,
PI, dan PNI mulai berakhir ketika pemerintah kolonial Belanda melakukan
penangkapan terhadap sejumlah tokoh PNI. Di samping itu pemerintah kolonial di
bawah Gubernur Jenderal de Jonge melakukan pengawasan yang ketat terhadap
organisasi-organisasi yang ada pada masa itu. Melihat kondisi tersebut, para
tokoh pergerakan mengubah garis perjuangannya. Dari yang semula radikal dan
nonkooperasi menjadi moderat dan kooperasi dengan menempatkan wakilnya dalam
volksraad. Salah satu organisasi yang bersifat moderat adalah Partai Indonesia
Raya (Parindra). Parindra didirikan di kota Solo oleh dr. Sutomo pada tanggal
26 Desember 1935. Parindra merupakan fusi dan Budi Utomo dan Persatuan Bangsa
Indonesia (PBI). Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya.
Asas politik Parindra adalah
insidental, artinya tidak berpegang pada asas kooperasi maupun nonkooperasi.
Sikapnya terhadap pemerintah tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi,
jadi luwes. Tokoh-tokoh Parindra yang terkenal dalam membela kepentingan rakyat
di volksraad adalah Moh. Husni Thamrin. Parindra berjuang agar wakil-wakil
volksraad semakin bertambah sehingga suara yang berhubungan dengan upaya
mencapai Indonesia merdeka semakin diperhatikan oleh pemerintah Belanda.
Perjuangan Parindra dalam volksraad cukup berhasil, terbukti pemerintah Belanda
mengganti istilah inlandeer menjadi Indonesier.
10. Gerakan Rakyat
Indonesia (Gerindo)
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 oleh orang-orang bekas Partindo.
Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi Pane, dan Moh. Yamin. Dasar dan
tujuannya adalah nasional dan mencapai Indonesia Merdeka. Gerindo juga menganut
asas insidental yang sama dengan Parindra. Tujuan Gerindo antara lain:
a. mencapai Indonesia Merdeka,
b. memperkokoh ekonomi Indonesia,
c. mengangkat kesejahteraan kaum buruh, dan
d. memberi bantuan bagi kaum pengangguran.
b. memperkokoh ekonomi Indonesia,
c. mengangkat kesejahteraan kaum buruh, dan
d. memberi bantuan bagi kaum pengangguran.
11. Gabungan Politik
Indonesia (Gapi)
Pada tanggal 15 Juli 1936,
partai-partai politik dengan dipelopori oleh Sutardjo Kartohadikusumo
mengajukan usul atau petisi, yaitu permohonan supaya diselenggarakan suatu
musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan negara Belanda di mana anggotanya
mempunyai hak yang sama. Tujuannya adalah untuk menyusun suatu rencana
pemberian kepada Indonesia suatu pemerintah yang berdiri sendiri. Namun usul
tersebut ditolak oleh pemerintah kolonial Belanda. Adanya kekecewaan terhadap
keputusan pemerintah Belanda tersebut, atas prakarsa Moh. Husni Thamrin pada
tanggal 21 Mei 1939, dibentuklah Gabungan Politik Indonesia (Gapi). Berikut ini
ada beberapa alasan yang mendorong terbentuknya Gapi.
a. Kegagalan petisi Sutarjo. Petisi
ini berisi permohonan agar diadakan musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan
Belanda. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia diberi pemerintahan yang
berdiri sendiri.
b. Kepentingan internasional akibat timbulnya fasisme.
c. Sikap pemerintah yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia.
b. Kepentingan internasional akibat timbulnya fasisme.
c. Sikap pemerintah yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia.
Tujuan Gapi adalah menuntut pemerintah Belanda
agar Indonesia mempunyai parlemen sendiri, sehingga Gapi mempunyai semboyan
Indonesia Berparlemen. Tuntutan Indonesia Berparlemen terus diperjuangkan
dengan gigih. Akhirnya pemerintah Belanda membentuk
komisi yang dikenal dengan nama Komisi Visman
karena diketuai oleh Dr. F.H.Visman. Tugas komisi ini adalah menyelidiki dan
mempelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan. Namun, setelah melakukan penelitian,
Komisi Visman mengeluarkan kesimpulan yang mengecewakan bangsa Indonesia.
Menurut komisi tersebut, sebagian besar rakyat Indonesia berkeinginan hidup
dalam ikatan Kerajaan Belanda. Gapi menolak keputusan tersebut, sebab dianggap
hanya rekayasa Belanda dan bertentangan dengan keinginan rakyat Indonesia.
12. Organisasi Keagamaan
12. Organisasi Keagamaan
Muhammadiyah adalah organisasi Islam
modern yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H.
Ahmad Dahlan. Muhammadiyah berarti umat Muhammad atau pengikut Muhammad. Dengan
nama ini memiliki harapan dapat mencontoh segala jejak perjuangan dan
pengabdian Nabi Muhammad. Tujuan yang ingin dicapai adalah:
a.
memajukan pengajaran berdasarkan
agama Islam, dan
b. memupuk keimanan dan ketaqwaan para anggotanya.
a. Mendirikan sekolah-sekolah (bukan pondok pesantren) dengan pengajaran agama dan kurikulum yang modern.
b. Mendirikan rumah sakit dengan nama Pusat Kesengsaraan Umum (PKU).
c. Mendirikan rumah yatim piatu.
d. Mendirikan perkumpulan kepanduan Hisbul Wathan.
Dalam perkembangannya, Muhammadiyah
menghadapi tantangan dari golongan Islam konservatif. Mereka melihat
Muhammadiyah begitu terbuka terhadap kebudayaan Barat sehingga khawatir
kemurnian Islam akan dirusakkan. Oleh karena itu para ulama mendirikan Nahdlatul
Ulama pada tahun 1926. Gerakan NU dipelopori oleh K.H. Hasyim Asy’ari. Gerakan
Muhammadiyah banyak mendapat simpati termasuk pemerintah kolonial Belanda
karena perjuangannya tidak bersifat konfrontatif (menentang). Dalam Kongres
Muhammadiyah yang berlangsung dari tanggal 12 - 17 Maret 1925 di Yogyakarta,
diperbincangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pengajaran Islam, mass
media Islam, dan buku-buku tentang Islam yang berbahasa Jawa.
Di samping Muhammadiyah, gerakan
keagamaan lain yang memiliki andil bagi kemajuan bangsa antara lain, berikut
ini.
a. Jong Islamienten Bond, berdiri tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta.
b. Nahdlatul Ulama (NU), berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur.
c. Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1932 di Pacor, Lombok Timur.
a. Jong Islamienten Bond, berdiri tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta.
b. Nahdlatul Ulama (NU), berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur.
c. Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1932 di Pacor, Lombok Timur.
13. Organisasi Pemuda dan Wanita
Perkumpulan pemuda yang pertama berdiri adalah
Tri Koro Dharmo. Organisasi ini berdiri pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta
atas petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai oleh dr. Satiman Wirjosandjojo, Kadarman,
dan Sunardi. Mereka mufakat untuk mendirikan organisasi kepemudaan yang
anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah di Jawa dan Madura. Perkumpulan
ini diberi nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan mulia (sakti, budhi,
bakti). Dalam perkembangannya, Tri Koro Dharmo membuka cabang di Surabaya.
Dalam rangka mengefektifkan perjuangan, diterbitkan sebuah majalah yang juga
diberi nama Tri Koro Dharmo. Berikut ini tujuan Tri Koro Dharmo
secara nyata dalam anggaran dasarnya.
a. Ingin menghidupkan persatuan dan
kesatuan, di antara pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok.
b. Kerja sama dengan semua organisasi pemuda guna membentuk ke-Indonesiaan. Keanggotannya terbatas pada para pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Lombok.
b. Kerja sama dengan semua organisasi pemuda guna membentuk ke-Indonesiaan. Keanggotannya terbatas pada para pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Lombok.
Tri Koro Dharmo memiliki asas-asas
seperti berikut.
a. Menimbulkan pertalian antara murid-murid bumi putera pada sekolah dan kursus perguruan kejuruan.
b. Menambah pengetahuan umum bagi anggota-anggotanya.
c. Membangkitkan dan mempertajam bahasa dan budaya Indonesia.
a. Menimbulkan pertalian antara murid-murid bumi putera pada sekolah dan kursus perguruan kejuruan.
b. Menambah pengetahuan umum bagi anggota-anggotanya.
c. Membangkitkan dan mempertajam bahasa dan budaya Indonesia.
Organisasi kepemudaan lainnya yang bersifat
kedaerahan banyak bermunculan seperti Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong
Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Celebes, Timorees Ver Bond, PPPI
(Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia, Jong Islamienten
Bond, kepanduan, dan sebagainya. Di samping gerakan para pemuda, kaum wanita
juga tidak mau ketinggalan. Pergerakan wanita dipelopori oleh R.A.Kartini dari
Jepara dengan mendirikan Sekolah Kartini. Perkumpulan wanita yang didirikan
sebelum tahun 1920 antara lain Putri Mardika yang didirikan atas bantuan Budi
Utomo. Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan pengajaran terhadap anak-anak
perempuan dengan cara memberi penerangan dan bantuan dana, mempertinggi sikap
yang merdeka, dan melenyapkan tindakan malu-malu yang melampaui
batas.Perkumpulan Kautamaan Istri didirikan pada tahun 1913 di Tasikmalaya,
lalu pada tahun 1916 di Sumedang, Cianjur, dan tahun 1917 di Ciamis, menyusul
di Cicurug tahun 1918.
Tokoh
Kautamaan Istri yang terkenal adalah Raden Dewi Sartika, seorang pengajar
Kautamaan Istri di tanah Pasundan. Di Yogyakarta pada tahun 1912 didirikan
perkumpulan wanita yang benafaskan Islam dengan nama Sopa Tresna, yang kemudian
pada tahun 1914 menjadi bagian wanita dari Muhammadiyah dengan nama Aisyah. Di
Yogyakarta selain Aisyah juga ada perkumpulan wanita yang bernama Wanito Utomo,
yang mulai memasukkan perempuan ke dalam kegiatan dasar pekerjaan ke arah
emansipasi. Di samping R.A.Kartini dan Dewi Sartika, masih terdapat seorang
tokoh wanita yaitu Ibu Maria Walanda Maramis dari Minahasa. Beliau mendirikan
perkumpulan yang bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) pada
tahun 1917. PIKAT dalam kegiatannya mendirikan Sekolah Kepandaian Putri.
Dalam perkembangannya,
perkumpulan-perkumpulan wanita itu melaksanakan kongres yang dikenal dengan
‘Kongres Perempuan Indonesia”. Lihat tabel 5.4.
Tabel 5.4 Kongres Perempuan Indonesia
14. Sumpah Pemuda
Sumpah pemuda, tidak dapat lepas dari
organisasi kepemudaan yang bernama PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia)
yang didirikan pada tahun 1926. PPPI mendapat dukungan dari sejumlah organisasi
kepemudaan seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun,
Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamienten Bond dengan penuh keyakinan
ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan Indonesia. Para pemuda ini
menginginkan suatu upaya penyatuan peletakan dasar untuk kemerdekaan dengan
menentang ketidakadilan yang dialami selama masa penjajahan. Pertemuan awal
dilaksanakan tanggal 15 November 1925 dengan membentuk panitia Kongres Pemuda
I, yang bertugas menyusun tujuan kongres. Diputuskan pelaksanaan kongres I
mulai tanggal 30 April sampai dengan 2 Mei 1926.
Tujuan Kongres Pemuda I adalah
membentuk badan sentral, memajukan paham persatuan kebangsaan, dan mempererat
hubungan di antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan. Hal yang menjadi agenda
pembicaraan adalah tentang usulan bahasa Indonesia yaitu bahasa Melayu sebagai
bahasa persatuan. Mengenai usulan fusi untuk semua perkumpulan pemuda, tidak
ada keputusan. Setelah berlangsungnya kongres pertama, para pemuda semakin
tergerak untuk menindaklanjuti dengan melakukan kongres berikutnya. Oleh karena
itu, setelah diawali pertemuan pendahuluan terbentuklah susunan panitia seperti
berikut.
Ketua :
Sugondo Joyopuspito
Wakil ketua : Djoko Marsaid
Sekretaris : Mohammad Yamin
Bendahara : Amir Syarifudin
Pembantu : Djohan Tjain, Kotjo Sungkono, Senduk, J. Leimena, Rohjani.
Wakil ketua : Djoko Marsaid
Sekretaris : Mohammad Yamin
Bendahara : Amir Syarifudin
Pembantu : Djohan Tjain, Kotjo Sungkono, Senduk, J. Leimena, Rohjani.
Kongres Pemuda II berlangsung sejak
tanggal 27 Oktober 1928 dan berakhir tanggal 28 Oktober 1928. Kongres Pemuda II
diadakan sebanyak tiga kali rapat.
a. Rapat pertama, di gedung Katolik Jonglingen Bond di Waterloopein.
b. Rapat kedua, tanggal 28 Oktober pagi, di gedung Oost Java Bioscoop, di Koningsplein Noord.
c. Rapat ketiga, tanggal 28 Oktober malam, di gedung Indonesische Clubhuis di Jl. Kramat Raya 106 Jakarta.
a. Rapat pertama, di gedung Katolik Jonglingen Bond di Waterloopein.
b. Rapat kedua, tanggal 28 Oktober pagi, di gedung Oost Java Bioscoop, di Koningsplein Noord.
c. Rapat ketiga, tanggal 28 Oktober malam, di gedung Indonesische Clubhuis di Jl. Kramat Raya 106 Jakarta.
Di ruang utama gedung Indonesische
Clubhuis (rumah perkumpulan Indonesia), yang sejak tanggal 20 Mei 1974
ditetapkan sebagai gedung Sumpah Pemuda, Sugondo Joyopuspito membacakan hasil
keputusan Kongres (Mail Report No. 1066x/28 No. J/302-Eigenhandig) sebagai
berikut:
Kongres menetapkan ikrar/sumpah pemuda yang
selanjutnya menjadi landasan perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka. Pada
malam itu juga, untuk pertama kali diperdengarkan lagu Indonesia Raya oleh
penggubahnya Wage Rudolf Supratman. Sebagai tindak lanjut dari Sumpah Pemuda
1928, pada tanggal 24 - 28 Desember 1928 di Yogyakarta para pemuda menyepakati
pembentukan Komisi Besar Indonesia Muda (KBIM). Tugas komisi ini adalah
mempersiapkan terbentuknya satu wadah bagi semua Pemuda Indonesia. Hasil kerja
komisi ini terlihat dalam kongres pemuda di Surakarta pada tanggal 31 Desember
1936 yang berhasil membentuk organisasi Indonesia Muda (IM), yang merupakan
fusi (peleburan) dari berbagai organisasi pemuda di Indonesia. Asas IM adalah
kebangsaan Indonesia dan bertujuan untuk mewujudkan Indonesia Raya. Para
anggota IM dilarang bekerja sama dengan pemerintah Belanda (bersifat
nonkooperatif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar